PLN Luncurkan HRS Merah Putih, Rembang Jadi Hub Hidrogen

PLN Luncurkan HRS Merah Putih, Rembang Jadi Hub Hidrogen
Peresmian Hydrogen Refueling Station Merah Putih PLN UP Rembang

Listrik Indonesia | PLTU Rembang menorehkan tonggak penting dalam pengembangan energi bersih di Indonesia dengan peresmian Hydrogen Refueling Station (HRS) Merah Putih UP Rembang, Kamis (11/12/2025). Fasilitas ini menjadi generasi kedua HRS Merah Putih karya anak bangsa yang dikembangkan PLN Nusantara Power (PLN NP), menandai percepatan ekosistem hidrogen dari hulu ke hilir. 

Acara peresmian dirangkai dengan talkshow yang menghadirkan perwakilan Kementerian ESDM, PT PLN (Persero), PLN Nusantara Power, serta BRIN yang juga mewakili Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE). Hadir pula unit-unit pembangkit dari berbagai wilayah yang telah memiliki fasilitas hydrogen plant. 

PLTU Rembang Siap Jadi Hub Hidrogen Trans Jawa 

Senior Manajer PLN UP Rembang, Djayadi, menyampaikan bahwa PLTU Rembang memiliki keunggulan lokasi strategis karena berada tepat di jalur Pantura, sehingga sangat potensial menjadi titik pengisian hidrogen untuk mobilitas masa depan. 

Jadi bagian dari PLN Nusantara Power, PLTU Rembang berkapasitas 2×315 MW dan mulai beroperasi sejak 2011. Jayadi menjelaskan bahwa konsumsi hidrogen di pembangkit dipakai untuk pendingin generator dan proses purging (pembersihan ruang bakar). 

“Kapasitas produksi kami dapat mencapai 8,94 ton per tahun. Pemakaian hanya sedikit, sehingga terdapat excess sekitar 7,5 ton per tahun. Ini bisa dimanfaatkan dan menjadi peluang pasokan hidrogen di masa depan,” ujarnya. 

Dengan area fasilitas mencapai hampir 46 hektare, Jayadi menilai banyak ruang pengembangan untuk hydrogen plant, HRS tambahan, maupun fasilitas pendukung energi bersih lainnya. “Ekosistemnya sangat mendukung. Rembang siap berkembang sebagai simpul hydrogen economy,” ucapnya. 

Hydrogen Refueling Stasion di PLTU Rembang


Ekosistem Hidrogen Mulai Terhubung 

Kepala Satuan Technology Development and Asset Management PLN Nusantara Power, Hery Artadi menyampaikan bahwa perusahaan memiliki potensi besar membangun rantai hidrogen dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa. “Mulai dari Muara Karang, Indramayu, Rembang, Gresik, hingga Paiton, semua punya potensi hidrogen. Artinya, jika HRS dikembangkan secara bertahap, satu pulau ini bisa terlayani untuk mobilitas hidrogen,” jelasnya. 

HRS Merah Putih sendiri merupakan inovasi yang dikembangkan PLN NP bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Generasi kedua yang diresmikan di Rembang ini telah memiliki tingkat kandungan lokal (TKDN) minimum 60%.
Menurut Hery, riset dan pengembangan hidrogen sudah menunjukkan kemajuan, salah satunya melalui uji coba mobil fuel cell internal PLN NP yang menempuh perjalanan lebih dari 200 km. Ia juga mengungkap bahwa beberapa unit pembangkit mulai mengusulkan investasi hydrogen plant berbasis energi bersih. 

Hery optimistis hidrogen akan menjadi fondasi energi masa depan. “Kalau di Jepang masa depan energinya adalah nuklir dan hidrogen. Indonesia pun bisa ke sana jika nilai ekonominya terpenuhi,” ujarnya. 

Ia juga menekankan pentingnya technology transfer dan penguatan kontrol terpusat pembangkit yang kini tengah dikembangkan PLN NP. 

Hidrogen Adalah Game Changer Transisi Energi 

Vice President Decarbonization PT PLN (Persero), Ricky Cahya Andrian, menegaskan komitmen PLN memperkuat infrastruktur bahwa berperan penting dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060. Namun ia mengakui tantangan terbesar saat ini adalah biaya produksi serta kesiapan pasar. 

Harga hidrogen hijau masih jauh di atas gas alam, sehingga sejumlah proyek global mengalami perlambatan. Perbaikan teknologi menjadi kunci menurunkan biaya, mulai dari efisiensi electrolyzer yang kini berada pada kisaran 50–75 kWh per kg, hingga inovasi water splitting berbasis fotokatalisis yang sedang dikembangkan di Eropa-Asia. 

Ricky optimistis dampak teknologi baru akan signifikan pada 2027–2030. “Hidrogen ke depan akan menjadi game changer. Teknologi water splitting, metal hydride, dan penyimpanan canggih akan mempercepat skala ekonominya,” ujarnya. 

Ia juga menilai HRS Merah Putih sebagai inovasi tepat untuk mempercepat penetrasi hidrogen, khususnya karena fasilitas ini dirancang pada tekanan medium 150 bar yang dapat memanfaatkan kendaraan bensin dan diesel eksisting tanpa harus menunggu teknologi bertekanan tinggi yang mahal. 

Di akhir sambutannya, Ricky mendorong para pelaku industri untuk bergabung dalam Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE) agar ekosistem hidrogen nasional tumbuh lebih solid. “Bisnis hidrogen sangat besar dan menguntungkan. Mari kita tumbuh bersama,” pungkasnya.

Peresmian HRS Merah Putih di PLTU Rembang menegaskan komitmen Indonesia memperkuat infrastruktur energi bersih. Dengan jaringan pembangkit yang memiliki excess hidrogen, dukungan teknologi dalam negeri, serta lokasi strategis di jalur Pantura, Rembang berpotensi menjadi simpul penting hydrogen corridor Jawa. 

Ke depan, pengembangan hidrogen diproyeksikan tidak hanya mendukung kendaraan listrik berbasis fuel cell, tetapi juga pembangkit tenaga, penyimpanan energi, hingga industri manufaktur rendah karbon.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Hidrogen

Index

Berita Lainnya

Index