Pasar Aluminium Bergeser, Inalum Siapkan Strategi Baru

Selasa, 06 Mei 2025 | 17:01:57 WIB
Inalum Siapkan Startegi Bisnis ke Depan/Dok.INALUM

Listrik Indonesia | PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), anggota holding BUMN pertambangan MIND ID, bersiap melanjutkan pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase II. Proyek ini dirancang untuk melengkapi SGAR Fase I yang telah berkapasitas 1 juta ton alumina per tahun. Namun, Direktur Utama Inalum, Ilhamsyah Mahendra mengakui, sejumlah tantangan harus dituntaskan sebelum ekspansi ini berjalan mulus.

“Dari sisi pembangunan, sejauh ini tidak ada kendala besar. Yang kami pastikan sekarang adalah desain SGAR 2 ini harus benar-benar selaras dengan Fase 1,” jelas Ilhamsyah. Namun, persoalan pengelolaan limbah bauksit atau red mud menjadi tantangan utama. Pengelolaan limbah ini diperkirakan memerlukan investasi tambahan sekitar 200 juta dolar AS di Fase I, yang cukup menggerus kelayakan finansial proyek.

“Kami sedang intens berdiskusi dengan Kemenko Perekonomian dan Kementerian Lingkungan Hidup untuk mencari solusi agar pengelolaan limbah ini tak menjadi beban besar, bahkan bisa dikomersialisasikan. Di luar negeri, teknologi pemanfaatan red mud sudah ada, tinggal kami cari mitra yang tepat untuk bawa teknologi itu ke Indonesia,” ujarnya.

Untuk menghindari masalah serupa di SGAR Fase II, Inalum memastikan persoalan ini diselesaikan lebih dulu sebelum pembangunan dimulai. Di saat bersamaan, Inalum juga tengah menggodok kolaborasi dengan Danantara, holding investasi baru yang dibentuk pemerintah. Inalum kini masuk dalam portofolio Danantara, dan rencana ekspansi mereka sudah masuk radar investasi.

“SGAR Fase II dan ekspansi smelter aluminium jadi proyek besar yang kami ajukan ke Danantara. Kami lagi diskusi intens soal struktur pendanaan, apakah nanti dalam bentuk ekuitas, pinjaman, atau gabungan keduanya. Targetnya semester kedua ini selesai, jadi pembangunan bisa mulai awal tahun depan dan beroperasi di 2028,” terang Ilhamsyah dalam siaran wawancaranya. Selasa, (6/5/2025).

Menurutnya, percepatan proyek ini penting agar Inalum tidak kehilangan momentum, mengingat dinamika geopolitik dan pasar aluminium global yang terus berubah. Apalagi, perang dagang yang tengah memanas membuka peluang baru bagi Indonesia sebagai pasar aluminium alternatif setelah Amerika Serikat mengetatkan impor.

“Permintaan aluminium di dalam negeri kita besar, sementara kapasitas produksi nasional masih rendah. Ini peluang, tapi juga tantangan, karena kalau kita lambat, impor akan membanjiri pasar kita,” tambahnya. Inalum sendiri tengah meningkatkan kapasitas produksi dari 275.000 ton menjadi 300.000 ton per tahun, sembari mendorong regulasi yang melindungi produsen dalam negeri.

Tak hanya fokus di dalam negeri, Inalum juga membuka peluang ekspansi ke luar negeri, baik di sektor tambang bauksit maupun fasilitas pengolahan. “Kami lagi eksplorasi peluang investasi di Guinea, Australia, atau negara lain yang punya cadangan bauksit besar. Jadi, ekspansi kami ke depan tak hanya bangun smelter baru, tapi juga masuk sebagai pemilik saham di tambang atau refinery luar negeri,” ungkapnya.

Dari sisi kinerja, Inalum mencatatkan hasil positif di paruh pertama 2025. Produksi dan penjualan tercatat di atas target, meski harga aluminium global sempat fluktuatif. Untuk mendukung performa hingga akhir tahun, perusahaan fokus memperkuat rantai pasok bahan baku, termasuk lewat kontrak jangka panjang dengan pemasok luar negeri dan proyek lokal seperti Borneo Alumina Indonesia (BAI).

“Kami juga terus agresif di penjualan, tak hanya penuhi pasar domestik tapi juga ekspor. Ini penting agar saat ekspansi nanti, kami sudah punya jejak di pasar global,” jelasnya.

Dari sisi kontribusi, Inalum terus meningkatkan setoran ke negara. Pajak daerah dari penggunaan air Danau Toba dan pajak penerangan jalan tumbuh tiap tahun, seiring kenaikan produksi. Selain itu, Inalum juga menyerap sekitar 4.000 tenaga kerja lokal, angka yang diproyeksikan naik seiring ekspansi kapasitas ke depan.

Dengan berbagai rencana besar yang tengah digodok, Inalum menegaskan komitmennya untuk terus menjadi pemain utama di industri aluminium nasional, sekaligus menopang cita-cita pemerintah menuju kemandirian aluminium dalam negeri. “Kami siap dukung program pertumbuhan ekonomi 8% Pak Presiden Prabowo, dan pastikan Inalum jadi kontributor besar, baik lewat produksi, ekspor, maupun penyerapan tenaga kerja,” tutup Dirut Inalum optimistis.

Tags

Terkini