Listrik Indonesia | Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung memastikan proyek pembangunan pabrik bioetanol di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, terus berlanjut. Proyek yang termasuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) ini sebelumnya diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo sebagai bagian dari program swasembada gula sekaligus pengembangan energi terbarukan berbasis bioetanol.
“Pembangunan sudah berjalan, bahkan proses penanaman juga sudah dilakukan. Harapannya tahap pertama pembangunan pabrik bisa berlangsung lancar,” kata Yuliot di Jakarta, dikutip Kamis (25/9).
Proyek bioetanol Merauke digarap PT Global Papua Abadi (GPA) dengan total lahan garapan mencapai 2 juta hektare. Meski sempat menuai kritik karena isu alih fungsi hutan adat, pemerintah tetap menekankan aspek manfaat yang akan dirasakan, terutama dari sisi ekonomi.
Menurut Yuliot, keberadaan proyek ini sudah menyerap lebih dari 3.000 pekerja lokal. “Masyarakat terlibat langsung, baik di kebun maupun pada tahap persiapan lainnya. Hingga kini ada lebih dari 3.000 orang yang bekerja di sana,” jelasnya.
Selain membuka lapangan kerja, proyek ini ditargetkan menghasilkan hingga 3 juta ton gula per tahun. Adapun pabrik bioetanol ditargetkan selesai dibangun pada 2027. “Pembangunannya masih terus berproses, semoga bisa sesuai jadwal,” imbuhnya.
Bioetanol merupakan bahan bakar hasil fermentasi biomassa yang memiliki banyak kegunaan. Di sektor energi, bioetanol biasa dicampurkan ke dalam bensin (E10 hingga E85) untuk mengurangi emisi sekaligus menekan ketergantungan terhadap energi fosil. Di luar itu, bioetanol juga dimanfaatkan di industri farmasi, kosmetik, pembersih, antiseptik, bahkan dapat dipakai sebagai bahan bakar pembangkit listrik maupun pengganti LPG untuk rumah tangga.
Dengan berbagai keunggulannya, pemerintah menilai proyek bioetanol di Merauke dapat menjadi penopang ketahanan energi nasional sekaligus mendorong percepatan transisi menuju energi bersih.
