Listrik Indonesia | Perjalanan sejauh lebih dari 500 kilometer melintasi jalur Trans Jawa–Sumatra menjadi ajang pembuktian kesiapan infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia. Tim Listrik Indonesia, ditemani PLN Enjiniring, menempuh rute panjang ini untuk menelusuri langsung kondisi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang kini terus dikembangkan oleh PLN Group di berbagai titik.
Sabtu pagi, 18 Oktober 2025, kami memulai perjalanan menggunakan mobil listrik BYD M6 dengan indikator baterai di angka 45 persen. Cuaca Jakarta yang mendung tak menghalangi langkah kami menuju etape pertama di Tol Jakarta–Merak, awal dari perjalanan panjang melintasi dua pulau besar.
Uji Lapangan di Tengah Hujan dan Lalu Lintas Padat
Hujan deras yang turun di KM 14 Tol Jakarta–Merak menjadi ujian pertama. Tim berhenti di SPKLU untuk mengisi daya selama sekitar 15 menit. Meski tanpa kanopi pelindung, seluruh perangkat berfungsi baik. “Cuaca seperti ini justru bagus untuk menguji daya tahan alat di lapangan,” ujar Aris, perwakilan PLN Enjiniring yang mendampingi perjalanan.
Perjalanan dilanjutkan ke rest area KM 43. Di lokasi ini terdapat empat unit SPKLU dengan kapasitas berbeda: fast charging 100 kW DC, 60 kW DC, dan 50 kW DC. “Untuk unit 100 kW, mobil bisa terisi penuh hanya dalam waktu setengah jam,” jelas Aris. Rest area ini menjadi titik penting dalam jaringan SPKLU Trans Jawa. Melalui fitur trip planner di aplikasi PLN Mobile, pengendara dapat menghitung jarak, rute, hingga lokasi pengisian berikutnya.
Sebelum menyeberang ke Sumatra, tim sempat meninjau SPKLU di KM 68 yang memiliki dua unit pengisian tipe ultra fast dan standard charging. Setelah menyeberang, perjalanan dilanjutkan dari Lampung menuju Palembang, pintu utama lintasan Trans Sumatra.
Menelusuri Jejak SPKLU dari Lampung hingga Palembang
Dengan baterai 56 persen, BYD M6 kembali melaju di jalur lintas Sumatra. Di sejumlah titik seperti KM 306 dan KM 269, SPKLU terlihat aktif dengan 1–3 nozzle pengisian daya tipe AC dan DC. Salah satu lokasi yang paling ramai adalah rest area KM 49 di Provinsi Lampung, tempat dua unit SPKLU fast charging beroperasi.
Malam itu di KM 49 Tol Kayu Agung–Bakauheni arah Palembang, kami bertemu Iwan, pengendara asal Jakarta yang sedang menuju Bandar Lampung. Ia mengaku, kehadiran SPKLU di luar Pulau Jawa membuat perjalanannya terasa lebih tenang dan nyaman. “Pertumbuhannya bagus, tapi sebaiknya lebih banyak lagi. Idealnya ada di setiap rest area, pusat perbelanjaan, dan hotel,” ujarnya.
Tim kemudian berhenti di rest area KM 60 untuk meninjau dua unit SPKLU AC dan DC dengan tiga jenis nozzle: Type 2, ChaDemo, dan CCS2. Sesampainya di Palembang, fasilitas pengisian semakin beragam. Di Kantor PLN UID Sumsel, Jambi, dan Bengkulu (S2JB) tersedia SPKLU untuk mobil dan motor listrik. Di BYD Palembang, terdapat ultra fast charging dengan dua nozzle, sementara di PLN Demang, empat unit SPKLU berkapasitas besar menjadi pilihan utama pengguna kendaraan listrik di kota itu.
Rima, warga Palembang yang baru dua bulan menggunakan mobil listrik, merasakan langsung kemudahan ini. “Sekarang jauh lebih nyaman. Pengisiannya cepat, pelayanannya juga bagus. Dulu sempat khawatir kehabisan daya di jalan, tapi sekarang SPKLU sudah banyak,” katanya.
Hingga kini, PLN telah mengoperasikan lebih dari 500 unit SPKLU di 297 lokasi di sepanjang jalur Trans Jawa dan Trans Sumatra. Jaringan tersebut menjadi tulang punggung dalam membangun ekosistem kendaraan listrik nasional, memastikan perjalanan lintas pulau bisa dilakukan tanpa rasa cemas soal pengisian daya.
Bagi sebagian orang, kendaraan listrik bukan hanya soal efisiensi dan teknologi, melainkan juga langkah kecil menuju masa depan transportasi yang lebih bersih. Dan di setiap rest area yang kini berdiri SPKLU, tampak jelas bahwa perubahan itu sedang benar-benar terjadi.
