Listrik Indonesia | Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno menerima kedatangan Utusan Khusus Pemerintah Inggris untuk Iklim Prof. Rachel Kyte di MPR RI, pada Kamis (8/5) lalu.
Rachel Kyte yang datang dan menemui Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno banyak membahas isu terkini mengenai perubahan iklim dan upaya Indonesia mencapai Net Zero Emissions (NZE) di Tahun 2060 mendatang.
Salah satu isu krusial yang dibahas Rachel Kyte bersama Eddy Soeparno adalah mengenai transisi energi dan percepatan pengembangan energi terbarukan.
Dalam pertemuan tersebut, Eddy Soeparno menjelaskan kepada Rachel Kyte dan delegasi tentang program transisi energi serta ketahanan energi Indonesia sesuai Program Asta Cita Presiden Prabowo.
Menurut Eddy, dia menjelaskan upaya Indonesia dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen dengan tetap berpegang pada komitmen untuk melakukan dekarbonisasi perekonomian dengan target Net Zero Emissions (NZE) di 2060 mendatang.
Ketika ditanya ListrikIndonesia tentang apa saja langkah-langkah strategis MPR dalam mendorong target NZE, Eddy menjawabnya dengan lugas.
“Kami ingin memastikan agar Kebijakan Energi Nasional, RUKN dan RUPTL 2025-2034 bisa dijalankan secara konsisten agar target pertumbuhan ekonomi 8 persen bisa tercapai secara berkelanjutan,” ujarnya kepada ListrikIndonesia.
Selain itu, Doktor Ilmu Politik UI ini juga menugngkap bahwa MPR juga akan mempercepat proses elektrifikasi sektor transportasi, industri dan rumah tangga. Termasuk juga mendukung program gasifikasi rumah tangga untuk mengurangi ketergantungan atas penggunaan dan impor LPG 3kg. Juga mendorong peningkatan kualitas BBM utk mengurangi kadar pencemaran udara.
Bagaimana dengan pensiun dini PLTU yang belangan juga ramai diwacanakan? “Kami mendukung percepatan pensiun dini PLTU batu bara ketika kesempatan dan kemampuan anggaran mengizinkan hal tersebut,” ujarnya.
Tak cukup itu saja, MPR kata Eddy juga akan berusaha meningkatkan pengembangan low carbon business seperti CCS, hidrogen, dan lain-lain.
Jelaskan Target Ketahanan Energi
Kepada utusan khusus Pemerintah Inggris, Eddy menjelaskan sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia dalam membangun sumber-sumber energi terbarukan yang tersebar di seluruh indonesia dan karena itu membutuhkan investasi tambahan di jaringan transmisi.
"Tantangan pendanaan yang nilainya hampir 200 miliar dolar juga menjadi topik pembahasan. Dalam hal ini kami sepakat untuk melakukan pertukaran informasi, pengalaman dan teknologi ke depannya agar Indonesia bisa belajar dari pengalaman panjang Inggris dalam melaksanakan transisi energi," kata Eddy.
Dalam pertemuan tersebut juga Rachel Kyte berbagi pengalaman Inggris dalam transisi energi dan perkembangan transisi energi saat ini yang semakin mengandalkan energi angin.
Selain itu, pembahasan dalam pertemuan ini juga mencakup pengembangan pasar karbon di Indonesia di mana Rachel Kyte mengapreasiasi keterlibatan dan dukungan Eddy Soeparno yang aktif teribat dalam meningkatkan aktivitas perdagangan karbon di Indonesia.
Secara khusus Rachel Kyte juga menyampaikan kesepakatan dan persetujuannya untuk menjalin kerja sama yang lebih erat antara Inggris dengan Indonesia dalam rangka percepatan transisi energi dan penanganan perubahan iklim.