Listrik Indonesia | Muhamad Wildan Rizkyansyah, Direktur Utama PT Rizky Energi Alam (REA), menyampaikan komitmen perusahaannya dalam menjaga kelancaran distribusi batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ketika diwawancarai Majalah Listrik Indonesia, Edisi 109, dikutip pada Selasa (18/11/2025).
Ia menekankan bahwa sektor logistik laut memiliki peran penting dalam memastikan pasokan energi nasional tetap stabil, terlebih di tengah perubahan kebijakan dan dinamika pasar energi global.
Sejak berdiri pada 2021, REA memposisikan diri sebagai bagian dari rantai pasok energi nasional dengan fokus pada jasa logistik dan angkutan laut. Perusahaan ini menangani distribusi batu bara ke berbagai wilayah, mulai dari Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi, hingga Jawa dan Sumatera.
“Kami hadir untuk memberikan pelayanan yang handal, efisien, dan tangguh dengan awak kapal profesional demi mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Wildan.
Wildan menjelaskan bahwa REA saat ini mengoperasikan 10 armada yang terdiri dari tug-barge dan self-propeller barge (SPB). Ukuran armada beragam, mulai dari barge 230 hingga 330 kaki dan SPB berkapasitas 12.000 metrik ton. Keberadaan armada yang tersebar di banyak wilayah disebutnya menjadi faktor penting dalam menjaga rantai pasok energi tetap berjalan. Ia juga mencatat bahwa kinerja perusahaan terus meningkat.
“Selama menjalankan bisnis, kami bersyukur mengalami peningkatan sekitar 20 persen setiap tahunnya,” ucapnya.
Menghadapi Tantangan Cuaca dan Regulasi
Wildan mengakui bahwa operasional logistik laut tidak lepas dari tantangan, mulai dari cuaca ekstrem hingga perubahan regulasi. Untuk itu, REA menerapkan strategi mitigasi berbasis data.
“Kami bekerja sama dengan BMKG dan platform pemantauan cuaca lainnya untuk mendapatkan peringatan dini gelombang secara real-time. Dengan begitu, risiko penundaan dapat diprediksi dua hingga tiga hari sebelum keberangkatan,” ungkapnya.
Selain itu, perusahaan secara berkala memantau kebijakan pemerintah guna memastikan penyesuaian operasional berjalan cepat. Efisiensi biaya transportasi juga menjadi perhatian utama, terutama untuk menjaga daya saing pasokan batu bara ke PLN. Upaya tersebut dilakukan melalui optimasi rute, manajemen armada yang ketat, serta penggunaan teknologi fleet management.
“Inovasi teknologi merupakan bagian penting dari strategi manajemen modern kami,” tambah Wildan.
Sistem fleet management membantu perusahaan mengawasi posisi kapal, kecepatan, konsumsi bahan bakar, dan jadwal perawatan secara real-time. Ia menyebut bahwa kolaborasi dengan mitra logistik berjejaring luas turut memperkuat keandalan distribusi.
Adaptif di Tengah Transisi Energi
Terkait rencana pemerintah mempensiunkan dini 13 PLTU sebagai bagian dari upaya pengurangan emisi, Wildan melihat langkah tersebut sebagai tantangan sekaligus peluang. Untuk mengantisipasi dampaknya, REA mulai melakukan diversifikasi usaha ke logistik komoditas lain serta menjajaki kolaborasi dengan pelaku energi baru terbarukan (EBT).
“Kami juga melakukan optimalisasi rute dan pelanggan yang masih beroperasi di sektor batu bara agar tetap efisien,” ujarnya.
Dengan pendekatan tersebut, Wildan yakin bahwa perusahaan dapat tetap bertumbuh di tengah perubahan struktur energi nasional.
Harapan untuk Sektor Ketenagalistrikan
Menutup wawancara, Wildan menyampaikan harapannya terhadap sektor kelistrikan nasional. Ia menilai peran PLN sebagai penyedia energi utama perlu terus diperkuat melalui efisiensi, keberlanjutan, serta pemerataan akses listrik.
“Kami berharap sektor kelistrikan semakin efisien, ramah lingkungan, dan berkeadilan, termasuk memperluas akses listrik hingga ke daerah 3T,” katanya.
Melalui kinerja operasional yang konsisten, strategi mitigasi yang berbasis data, serta langkah adaptif terhadap transisi energi, PT Rizky Energi Alam menunjukkan perannya sebagai penyokong penting distribusi batu bara untuk PLTU. Peran ini menjadi salah satu fondasi yang menjaga keandalan penyediaan listrik nasional.