Listrik Indonesia | PT Pertamina (Persero) terus memperluas langkah transisi energi dengan menargetkan produksi perdana hidrogen hijau dari proyek percontohan di Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Ulubelu, Lampung. Proyek ini menjadi tonggak baru bagi upaya pemanfaatan energi bersih di dalam negeri.
Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, menjelaskan bahwa pembangunan fasilitas pilot plant hidrogen hijau di Ulubelu masih berlangsung. Jika telah beroperasi penuh, instalasi tersebut diproyeksikan mampu menghasilkan sekitar 100 kilogram hidrogen per hari.
“Pertamina sedang membangun pilot plant hydrogen di Ulubelu, Lampung, yang nantinya menghasilkan 100 kilogram hydrogen per hari, serta terhubung dengan ekosistem fasilitas produksi di Cikampek dan wilayah Jawa Barat,” ujar Oki dalam Rapat Dengar Pendapat dengan DPR RI, Minggu (23/11/2025).
Selain proyek hidrogen hijau, Pertamina juga menunjukkan perkembangan positif dalam pemanfaatan energi panas bumi. Salah satunya terlihat dari PLTP Lumut Balai yang mampu memproduksi listrik hingga 800 gigawatt hour (GWh) per tahun.
Melalui anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Pertamina terus menegaskan komitmen dalam transisi menuju energi rendah karbon. Pembangunan Pilot Plant Green Hydrogen Ulubelu tidak hanya menghadirkan terobosan teknologi, tetapi juga membawa dampak sosial-ekonomi seperti pembukaan lapangan kerja, peningkatan keterampilan tenaga lokal, dan peluang investasi baru.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, mengatakan bahwa proyek ini menyerap ratusan tenaga kerja dari berbagai bidang selama masa konstruksi. Menurutnya, keterlibatan masyarakat sekitar merupakan strategi penting untuk memastikan manfaat proyek energi bersih dirasakan langsung.
“Pilot Plant ini merupakan wujud bagaimana energi bersih membuka peluang baru. Selain mendukung target Net Zero Emission 2060, proyek ini juga menghadirkan multiplier effect berupa penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar,” jelas Fadjar.
Dari sisi lingkungan, hidrogen hijau yang diproduksi dari energi geothermal memiliki jejak emisi jauh lebih rendah. Jika produksi grey hydrogen berbasis Steam Methane Reforming (SMR) menghasilkan emisi sekitar 12–14 kg CO? per kilogram hidrogen, maka green hydrogen dari PLTP hanya menghasilkan sekitar 2 kg CO? per kilogram.
Fadjar menegaskan bahwa Pertamina ingin memastikan setiap upaya transisi energi tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga memberi manfaat sosial yang nyata. “Green Hydrogen Ulubelu adalah tonggak penting menuju Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujarnya.
Dari sisi pendanaan, proyek ini membutuhkan investasi sekitar 3 juta dolar AS. Dana tersebut digunakan untuk pengadaan teknologi electrolyzer berbasis Anion Exchange Membrane (AEM), pembangunan berbagai infrastruktur pendukung, dan kerja sama dengan vendor teknologi energi hijau.
Groundbreaking proyek ini dilaksanakan pada 9 September 2025 di Ulubelu, Lampung. Selain memperkuat portofolio energi bersih Pertamina, fasilitas ini juga membuka peluang terbentuknya ekosistem industri baru berbasis hidrogen hijau di Indonesia.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Julfi Hadi, menekankan bahwa proyek ini menjadi langkah strategis bagi PGE untuk melampaui bisnis kelistrikan konvensional.
“Proyek ini menjadi bagian penting dari upaya PGE membangun ekosistem green hydrogen secara end-to-end, mulai dari produksi, distribusi, hingga pemanfaatannya. Ke depan, peta jalan PGE juga mencakup hilirisasi green ammonia dan green methanol sebagai solusi energi masa depan,” ujarnya.
Pertamina Siapkan Produksi Perdana Green Hydrogen dari PLTP Ulubelu Lampung
PLTP Ulubelu Pertamina Siap Produksi Green Hydrogen
.jpg)
