Coal Drying hingga Air Dome, Cara Datong Tingkatkan Kinerja Pembangkit

Jumat, 21 November 2025 | 09:40:01 WIB
Andy Wan, Director Datong Indonesia (Kanan) Saat Menerangkan Produknya.

Listrik Indonesia | Kualitas batu bara di Indonesia terus menurun, sementara sebagian besar PLTU masih beroperasi dengan desain lama yang membutuhkan bahan bakar berkalori tinggi. Kondisi ini membuat banyak pembangkit tidak bisa beroperasi secara optimal. Situasi tersebut menjadi perhatian PT Datong Jaya Indonesia, yang menawarkan serangkaian solusi peningkatan efisiensi melalui teknologi coal switching. 

Chief Technology Officer PT Datong Jaya Indonesia, Bayu Aji Prakoso, menjelaskan bahwa semakin banyaknya batu bara berkalori rendah (LRC) yang masuk ke pembangkit membuat kapasitas turun dan konsumsi bahan bakar meningkat. “Kalau kapasitasnya 300 MW, sering kali output turun, sementara batu bara dan udara yang dibakar justru lebih banyak,” ujarnya. 

Chief Technology Officer PT Datong Jaya Indonesia, Bayu Aji Prakoso (Kanan) Saat Berbincang Bersama Reporter Listrik Indonesia


Solusi: Coal Drying dan Air Dome 

Untuk mengatasi tingginya kadar air pada batu bara LRC, Datong menawarkan teknologi coal drying yang mampu menurunkan moisture dan meningkatkan nilai kalor secara signifikan. Batu bara yang telah dikeringkan kemudian disimpan dalam air dome, struktur tertutup penuh yang melindungi material dari hujan dan kelembapan. “Kalau sudah dikeringkan tapi tetap kena air, percuma. Air dome memastikan kalori batu bara tidak turun lagi,” jelas Bayu kepada Listrik Indonesia, saat ditemui di JICC, Jakarta. Kamis, (20/11/2025). 

Datong juga menyediakan peningkatan peralatan di bagian feeding coal, termasuk penyetaraan ukuran partikel (mesh) agar proses pembakaran lebih presisi. Dengan mengganti sekitar 20% komponen pada sistem pulverizer (Coalmill), efisiensi pembangkit dapat meningkat hingga 30–40%. 

Perusahaan ini juga melakukan pembaruan pada sistem kipas seperti ID Fan hingga material blade berbasis tungsten yang lebih tahan abrasi. “Pembangkit lama semakin rentan, jadi material baru membuatnya lebih tahan lama sekaligus menurunkan biaya perawatan,” kata Bayu. 

Teknologi Kendali Emisi 

Datong Jaya membawa pengalaman penerapan teknologi kendali polusi di China, termasuk SCR untuk NOx dan FGD untuk sulfur. Pembangkit yang sudah menggunakan teknologi ini terbukti mampu menurunkan partikulat hingga 2,5 mg/Nm³, menghasilkan emisi berupa uap air tanpa debu. Bayu menegaskan bahwa tingkat adopsi teknologi ini di Indonesia masih rendah dan menjadi peluang besar untuk memperbaiki kualitas udara. 

Menjalin Kemitraan 

Datong Jaya telah bermitra dengan Indonesia Power dan Nusantara Power sejak 2014 dalam peningkatan keandalan unit, termasuk teknologi anti-blocking yang mengurangi derating. Perusahaan juga memperluas kerja sama ke sektor riset, termasuk pendirian research center bersama ITB dan Tsinghua University untuk pengembangan teknologi cofiring biomassa dan proteksi lingkungan. 

Teknologi untuk Biomassa 

Selain batu bara, Datong Jaya menyediakan teknologi pengeringan biomassa, hammer mil, wood chipper, hingga sistem penyimpanan yang menjaga ukuran partikel tetap seragam. Solusi ini mendukung PLN EPI dalam menyiapkan biomassa berkualitas untuk program cofiring. 

Bayu menekankan bahwa fokus Datong bukan hanya bisnis, tetapi bagian dari komitmen pada UN SDGs, terutama isu perubahan iklim. “Pembangkit batu bara masih akan beroperasi puluhan tahun. Selama energi terbarukan belum mendominasi, kita harus memastikan pembangkit yang ada berjalan lebih efisien, emisinya turun, dan ramah lingkungan,” ujarnya. 

Dengan pendekatan coal switching, pengurangan polusi, serta dukungan teknologi biomassa, Datong Jaya menargetkan PLTU di Indonesia dapat tetap handal sekaligus semakin bersih dalam masa transisi energi.

Tags

Terkini

Matangkan Peta Jalan PLTN, Pemerintah Siapkan Satgas Nuklir

Jumat, 19 Desember 2025 | 11:14:43 WIB

Kementerian ESDM Catat PNBP Rp228 Triliun Jelang Akhir 2025

Jumat, 19 Desember 2025 | 10:56:35 WIB

Banda Aceh Malam Ini Kembali Terang

Jumat, 19 Desember 2025 | 07:39:01 WIB

Sejauh Mana Kemudahan Kebijakan Perizinan Panas Bumi?

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:27:04 WIB