Fokus 2025, RMKE Genjot Investasi Infrastruktur Batu Bara

Fokus 2025, RMKE Genjot Investasi Infrastruktur Batu Bara
Direktur Utama RMK Energy, Vincent Saputra

Listrik Indonesia | PT RMK Energy Tbk (RMKE) menegaskan komitmennya dalam memperkuat lini bisnis jasa batu bara pada tahun 2025. Direktur Utama RMK Energy, Vincent Saputra, mengungkapkan bahwa perusahaan akan mengalokasikan investasi besar pada pembangunan infrastruktur pendukung seperti jalan angkut dan peningkatan kapasitas pelabuhan. 

“Tahun ini kami menetapkan anggaran belanja modal (capex) sebesar Rp330 miliar. Fokus utama penggunaan dana ini adalah pembangunan jalan penghubung antar tambang serta peningkatan fasilitas pelabuhan,” jelas Vincent dalam dialog interaktifnya, Senin (12/5/2025). 

Hingga kuartal I 2025, RMKE telah merealisasikan sekitar Rp58 miliar dari total capex tersebut, sebagian besar digunakan untuk pembangunan jalan yang menghubungkan empat tambang batu bara di Sumatra Selatan. Dua tambang telah terkoneksi, dan peningkatan volume pengangkutan baru akan terlihat signifikan mulai kuartal II mendatang. 

Di sisi pelabuhan, RMKE juga berencana menggandakan kapasitas jalur pengangkutan batu bara dari 1.200 ton menjadi 2.400 ton per jam guna mengantisipasi lonjakan volume batu bara yang masuk. 

Vincent menjelaskan bahwa strategi ini muncul dari tantangan nyata yang dihadapi industri tambang di Sumatra Selatan. Meskipun wilayah ini memiliki cadangan batu bara yang besar, keterbatasan infrastruktur menjadi kendala utama distribusi. Jarak tempuh tambang ke pelabuhan yang berkisar antara 110 hingga 180 kilometer membuat pengangkutan tidak efisien, apalagi tanpa adanya jalur khusus. 

“Ketika kami masuk ke Sumsel pada 2012, batu bara masih diangkut lewat jalan provinsi yang digunakan masyarakat umum. Ini menimbulkan kemacetan parah dan waktu tempuh yang sangat lama,” kenang Vincent. 

Melihat kondisi itu, RMKE justru menangkap peluang. Mereka membangun solusi logistik terintegrasi dengan menggandeng PT KAI untuk mengangkut batu bara swasta melalui rel yang sebelumnya hanya digunakan oleh PT Bukit Asam. RMKE berinvestasi dalam membangun stasiun muat dan bongkar tanpa membebani anggaran negara atau BUMN. 

Model bisnis ini terbukti sukses. Saat ini RMKE telah mampu membongkar hingga 12 rangkaian kereta per hari, dan lini jasa logistik menjadi tulang punggung pendapatan perusahaan. 

Melihat keberhasilan di Sumsel, RMKE pun mulai memperluas strategi serupa ke wilayah lain. Tahun lalu, mereka mengakuisisi tiga tambang di Jambi dan berencana membangun jalan sepanjang 109 kilometer untuk mendukung operasional. 

Menurut Vincent, keberhasilan RMKE tak lepas dari keberanian mengambil langkah berbeda dari pelaku industri lainnya. “Kami datang dari latar belakang infrastruktur dan logistik. Jadi kami paham bahwa di Sumatera, siapa yang menguasai infrastruktur, dialah yang bisa mengeluarkan cadangan batu bara,” tegasnya. 

Ia juga menyoroti pentingnya peran sektor swasta dalam membangun infrastruktur pendukung industri. “Kalau menunggu pemerintah, prosesnya bisa sangat lama. Jadi kami inisiatif sendiri. Dan meski waktu itu kami belum punya tambang, kami tetap bangun jalannya dulu. Baru akuisisi tambang di 2018,” tambahnya. 

Menutup pernyataannya, Vincent menyampaikan harapannya agar RMKE terus menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham dan tetap konsisten pada fundamental bisnis. “Kami percaya jika perusahaan dikelola dengan baik dan bertumbuh sehat, harga saham akan mengikuti. Fokus kami adalah membangun nilai jangka panjang,” ujarnya.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#RMK Energy

Index

Berita Lainnya

Index