Listrik Indonesia | Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 dunia dan penetrasi internet yang terus meningkat, dinilai sangat prospektif sebagai pusat pertumbuhan data center. Hal ini diungkapkan oleh CEO Edge DC, Stephanus Oscar, yang juga memaparkan perkembangan bisnisnya di tengah era digital dan adopsi teknologi artificial intelligence (AI).
Menurut Stephanus, saat ini kapasitas data center di Indonesia mencapai sekitar 250-300 MW IT load. Angka ini diperkirakan akan meningkat hingga 700 MW pada tahun 2029 dengan tingkat pertumbuhan tahunan sekitar 22 persen. “Indonesia memiliki modal besar, dengan populasi sekitar 280 juta jiwa, penetrasi internet mencapai 80 persen, dan generasi muda yang terus tumbuh. Ini mendorong digitalisasi dan tentu saja pertumbuhan data center,” ujarnya.
Edge DC Group yang bergerak dalam tiga bisnis utama yakni Internet Service Provider (ISP), pusat data (data center), dan cloud computing, saat ini tengah fokus meningkatkan okupansi gedung data center mereka, Edge 1 dan Edge 2. Gedung pertama dengan kapasitas 6 MW sudah penuh terisi, sementara gedung kedua yang baru beroperasi dengan kapasitas 23 MW sudah terisi sekitar 40 persen dalam waktu kurang dari setahun.
Strategi utama Edge DC adalah mengintegrasikan tiga pilar bisnisnya secara sinergis. Indonet sebagai ISP tertua di Indonesia dengan pengalaman lebih dari 31 tahun, menyediakan konektivitas antar data center dan ke cloud. Bisnis data center Edge DC melayani kebutuhan penyimpanan dan pengolahan data pelanggan, dan bisnis cloud computing bekerja sama dengan Alibaba Cloud serta baru-baru ini menjalin kemitraan dengan BTE Plus Club.
Dalam menghadapi era AI yang membutuhkan komputasi berkinerja tinggi, Edge DC juga sudah mempersiapkan data center yang "AI-ready." “Permintaan AI membutuhkan IT load yang sangat tinggi. Kami sudah mendesain fasilitas kami untuk mendukung kebutuhan tersebut dan yakin adopsi AI akan sangat cepat,” jelas Stephanus.
Mengenai pengembangan lokasi, Edge DC fokus pada klaster data center utama di Jakarta, Bekasi, dan Karawang. Namun, permintaan untuk data center juga mulai muncul di wilayah seperti Batam, yang menjadi area potensial berikutnya. Selain itu, Edge DC terus membangun infrastruktur fiber optik dengan lebih dari 2.000 core untuk menghubungkan gedung-gedung data center dan jaringan cloud.
Edge DC juga menawarkan solusi komprehensif berupa hybrid cloud, colocations, dan layanan konektivitas dalam satu paket. Pendekatan ini memberikan keunggulan kompetitif dengan melayani kebutuhan pelanggan secara menyeluruh. “Customer yang membutuhkan data center biasanya juga membutuhkan layanan cloud, jadi kami memberikan solusi end-to-end yang terintegrasi,” tambah Stephanus.
Menghadapi persaingan global, Stephanus menegaskan pentingnya menjaga keunikan bisnis dan kualitas layanan. Edge DC merupakan bagian dari platform data center berbasis Asia Tenggara yang memberikan koneksi global dan akses ke pelanggan internasional, sehingga dapat menjaga harga tetap kompetitif tanpa mengorbankan kualitas.
.jpg)
