Listrik Indonesia | Pembangunan fasilitas kilang minyak dan petrokimia merupakan bagian penting dalam upaya memperkuat ketahanan energi nasional. Salah satu proyek strategis nasional yang sedang dikembangkan adalah Grass Root Refinery and Petrochemical (GRR&P) Tuban. Proyek ini merupakan hasil kerja sama antara PT Pertamina (Persero) dan Rosneft, perusahaan migas asal Rusia.
Sebagai bagian dari fungsi pengawasan parlemen, Komisi XII DPR RI melakukan kunjungan kerja spesifik ke Surabaya, Jawa Timur, pada 11 Juli 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk meninjau perkembangan proyek strategis nasional di sektor energi dan lingkungan hidup, termasuk pembangunan fasilitas Grass Root Refinery and Petrochemical (GRR&P) Tuban.
Dalam kegiatan tersebut, Komisi XII melakukan pertemuan dengan jajaran direksi PT Pertamina (Persero), PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), dan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia Jawa Timur. Fokus pembahasan mencakup progres pembangunan kilang dan kesiapan menuju tahap Final Investment Decision (FID).
Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, menyampaikan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari fungsi pengawasan parlemen. Menurutnya, pengawasan difokuskan untuk memastikan pembangunan berjalan dengan memperhatikan prinsip sosial dan lingkungan.
“Kilang Tuban merupakan proyek greenfield terbesar di sektor hilir migas Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Proyek ini dirancang dengan kapasitas hingga 300.000 barel per hari dan diharapkan mampu memproduksi BBM berstandar Euro V serta bahan baku industri petrokimia nasional,” ujar Sugeng.
Proyek Kilang Tuban merupakan kerja sama antara Pertamina dan perusahaan migas asal Rusia, Rosneft, dan saat ini telah memasuki tahapan akhir proses investasi.
“Proyek ini telah menyerap lebih dari 20.000 tenaga kerja dan secara ekonomi berpotensi mendorong pertumbuhan kawasan, khususnya di Kabupaten Tuban dan sekitarnya,” lanjutnya.
Meskipun demikian, Sugeng mengidentifikasi adanya beberapa tantangan, di antaranya ketidakpastian investasi asing akibat dinamika geopolitik global, kompleksitas perizinan antar sektor, serta aspirasi masyarakat yang terdampak oleh pembangunan proyek.
“Komisi XII ingin memastikan bahwa semua proses pembangunan kilang tetap mematuhi norma dan regulasi lingkungan hidup, serta mengedepankan keberlanjutan sosial,” tegasnya.
Komisi XII DPR RI juga meminta informasi rinci mengenai perkembangan fisik dan keuangan proyek, kesiapan fase Engineering, Procurement, and Construction (EPC), serta langkah mitigasi terhadap risiko eksternal dan dampak sosial-lingkungan. Selain itu, pentingnya sinergi lintas kelembagaan juga menjadi perhatian utama.
“Kami juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pihak terkait dalam mempercepat realisasi proyek, sekaligus menyelesaikan berbagai persoalan lahan dan aspirasi masyarakat,” kata Sugeng.
Dalam konteks hubungan bilateral, Sugeng menyampaikan bahwa dukungan Presiden Rusia, Vladimir Putin, terhadap investasi Rosneft di Kilang Tuban setelah kunjungan Presiden Prabowo Subianto menjadi poin strategis yang perlu dikawal bersama.
“Ini momentum penting yang harus kita kawal bersama, agar pembangunan kilang dapat selesai tepat waktu dan segera memberi kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional maupun daerah, tanpa mengabaikan aspek sosial dan lingkungan,” tutupnya.
.jpg)
