Listrik Indonesia | Sebagai langkah mempererat kerja sama strategis di bidang riset dan teknologi, Duta Besar Singapura untuk Indonesia bersama sejumlah pejabat Eselon I dari berbagai kementerian dan lembaga pemerintahan Singapura mengunjungi kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Kamis (31/7). Kunjungan ini berlangsung di Gedung Rektorat ITS dan menjadi momentum penting dalam melanjutkan kemitraan dalam program Republic Indonesia – Singapore University Network (RI-SING UN).
Rektor ITS, Prof. Ir. Bambang Pramujati, ST., MSc.Eng., Ph.D., menyampaikan bahwa ITS terus mendorong percepatan inovasi melalui kolaborasi dengan berbagai universitas ternama di dalam dan luar negeri, termasuk Singapura. “Kami sudah membangun kemitraan dengan institusi unggulan seperti Nanyang Technological University (NTU), National University of Singapore (NUS), dan Singapore Management University,” jelasnya dalam keterangan resmi kampus, dikutip (2/8/2025).
Menurut Bambang, sinergi ini telah melahirkan berbagai program strategis di bidang energi terbarukan, ekonomi sirkular, dan pengembangan laboratorium riset. Salah satu pencapaian penting adalah terbentuknya Institute of Research for Sustainability and Innovation (INSPIRASI) bersama NTU, yang kini tengah menggarap proyek unggulan Renewable Energy Integration Demonstrator of Indonesia (REIDI), fasilitas pertama di Indonesia yang fokus pada integrasi energi bersih.
Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Kwok Fook Seng, dalam sambutannya menyatakan bahwa negaranya mendukung penuh pengembangan teknologi berkelanjutan di Indonesia. Ia menilai, besarnya jumlah penduduk Indonesia dapat menjadi potensi besar untuk mendorong implementasi energi bersih secara luas. “Inisiatif ini akan memberi manfaat bukan hanya bagi Singapura dan Indonesia, tapi juga menjadi kontribusi nyata menuju visi Indonesia Emas 2045,” katanya.
Dukungan terhadap upaya ITS juga datang dari Prof. Lidya Helena Wong, Director Global Alliance of Industries, yang turut hadir dalam kunjungan tersebut. Ia mengapresiasi langkah ITS dalam menyediakan lahan dan infrastruktur teknologi untuk pengembangan REIDI. “Ini adalah bukti nyata bahwa kedua negara serius dalam mewujudkan target pembangunan berkelanjutan, khususnya terkait akses energi bersih dan terjangkau,” tegasnya.
Proyek REIDI sendiri telah diluncurkan sejak akhir Desember 2023 dan menjadi proyek agrivoltaic terbesar di Asia Tenggara. Teknologi ini memadukan pemanfaatan panel surya untuk pembangkitan listrik dengan produksi pertanian secara simultan di lahan yang sama. “Dengan pendekatan ini, efisiensi pemanfaatan lahan bisa ditingkatkan secara signifikan,” ujar Lidya.
Sementara itu, Project Manager INSPIRASI Prof. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng., Ph.D., mengungkapkan bahwa REIDI juga memanfaatkan sumber energi biomassa sebagai pelengkap. Energi ini telah digunakan untuk kebutuhan listrik di lingkungan kampus, termasuk asrama mahasiswa. “Ke depan, kami akan memperluas jangkauan sistem ini hingga ke stadion ITS,” ungkap Guru Besar Departemen Teknik Elektro ITS tersebut.
Kunjungan ini menjadi simbol penting dari sinergi dua negara dalam membangun masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan. Dengan proyek-proyek seperti REIDI, ITS dan Singapura menegaskan komitmen mereka dalam menghadirkan inovasi teknologi yang berdampak nyata bagi masyarakat dan lingkungan.
