Listrik Indonesia | Pemanfaatan energi bersih menjadi salah satu solusi pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi pascabencana banjir bandang di Aceh Tamiang. Di tengah keterbatasan akses dan padamnya listrik, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hadir sebagai sumber kelistrikan alternatif di sejumlah posko pengungsian.
PT Pertamina (Persero) menyalurkan tujuh paket PLTS ke beberapa titik pengungsian di wilayah Aceh Tamiang. Setiap unit memiliki kapasitas 590 Watt peak (Wp), dilengkapi inverter 1.000 Wp, baterai 2.000 Watt hour (Wh), serta Solar LED 40 watt. Seluruh perangkat didatangkan langsung dari Jakarta dan dirakit di lokasi oleh teknisi Perwira Pertamina Peduli hingga dapat digunakan untuk menerangi tenda-tenda pengungsian.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Muhammad Baron mengatakan, penyaluran PLTS tersebut merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). PLTS mulai beroperasi dan menerangi posko pengungsian Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, sejak Sabtu (13/12).
“Program ini sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat terdampak bencana di Aceh Tamiang. Pertamina menyalurkan bantuan PLTS ini guna mendukung pemulihan kondisi darurat pascabencana,” jelas Baron.
Menurut Baron, keberadaan PLTS memberikan manfaat langsung bagi pengungsi dan relawan, khususnya untuk kebutuhan penerangan pada malam hari. Selain itu, listrik dari PLTS juga dimanfaatkan untuk mengisi daya telepon seluler yang menjadi sarana komunikasi utama selama masa tanggap darurat. Setiap unit PLTS mampu beroperasi hingga delapan jam per hari.
Relawan Pertamina Peduli M. Abassi Ali Bilhadj yang akrab disapa Billy menjelaskan bahwa proses perakitan PLTS relatif singkat. Dalam waktu sekitar dua jam, instalasi dapat diselesaikan dan langsung diuji coba di lokasi pengungsian.
“Terharu sekali, di tengah penghematan pemanfaatan BBM untuk genset. Hadirnya PLTS ini sangat membantu pengungsi sehingga bisa melaksanakan aktivitas ibadah dan kegiatan membaca buku untuk anak - anak di malam hari dengan tenang. PLTS ini ibarat cahaya harapan di tenda pengungsian,“ kata Billy.
Hingga dua pekan setelah banjir bandang, sebagian wilayah Aceh Tamiang masih terisolasi. Akses menuju lokasi terdampak sebagian besar hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki, sementara beberapa titik dapat dijangkau menggunakan kendaraan roda dua. Kondisi tersebut menyulitkan distribusi bantuan, termasuk kebutuhan listrik dan air bersih.

