Listrik Indonesia | Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, memandang bahwa langkah Pertamina menurunkan harga BBM nonsubsidi saat harga minyak dunia mengalami penurunan adalah sebuah tindakan yang seharusnya diambil. Menurutnya, hal ini sesuai dengan mekanisme pasar, di mana penurunan harga BBM nonsubsidi Pertamina menyesuaikan dengan harga minyak dunia yang sedang turun.
Terutama, Mulyanto mengingatkan bahwa sebelumnya, Pertamina telah menaikkan harga BBM nonsubsidi dengan signifikan pada bulan September 2023, ketika harga minyak dunia sedang meningkat.
"Jangan sampai muncul kesan tidak baik, yakni ketika harga minyak dunia naik Pertamina gercep menaikan harga BBM-nya, sementara sebaliknya, ketika harga minyak dunia turun, Pertamina ogah-ogahan untuk menurunkannya. Seperti pernah terjadi di awal pandemi Covid-19. Ini kan tidak konsisten dengan mekanisme pasar," katanya.
Mulyanto memperhatikan bahwa dalam waktu dekat, harga minyak dunia cenderung terus mengalami penurunan, terutama setelah PBB melakukan gencatan senjata di Timur-Tengah.
Sebagai contoh, harga minyak WTI telah mencapai USD67 per barel hingga bulan Juli 2023, lalu naik karena ketegangan di Timur Tengah, mencapai puncaknya di akhir September 2023 menjadi USD97 per barel dan saat ini mengalami penurunan menuju USD80 per barel.
Indonesia mengacu pada acuan harga minyak Platts Singapura yang mengalami perubahan harga minyak dunia dengan pola serupa. Oleh karena itu, penurunan harga jual BBM nonsubsidi di Indonesia yang dilakukan oleh Pertamina dianggap sebagai langkah yang tepat.
"Jadi penurunan harga BBM nonsubsidi yang dilakukan Pertamina kali ini sebagai sesuatu yang wajar. Justru aneh kalau kebijakan itu tidak diambil karena secara bisnis akan merugikan Pertamina sendiri,” katanya.
“Sebab harga BBM nonsubsidi sejenis di pompa bensin non Pertamina sudah turun. Jadi kalau Pertamina bertahan dengan harga lama bisa menyebabkan terjadinya migrasi pelanggan ke SPBU lain," tambahnya.
