Current Date: Senin, 29 September 2025

Aspermigas Mendorong Investasi dan Stabilitas Industri Migas Indonesia

Aspermigas Mendorong Investasi dan Stabilitas Industri Migas Indonesia
Ilustrasi

Listrik Indonesia | Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) sosok utama dalam mendukung pertumbuhan sektor migas di Indonesia sejak tahun 2006. Organisasi ini memainkan peran penting dalam mewakili kepentingan perusahaan migas nasional serta menjembatani hubungan yang kompleks antara pemerintah dan industri migas.

Pada awalnya, Aspermigas terdiri dari perusahaan-perusahaan migas nasional yang memiliki kontrak TAC (Technical Assistance Contract) untuk pengelolaan lapangan migas di bawah Pertamina. Kemudian, perubahan kontrak menjadi KSO (Kerja Sama Operasi). Pada tahun 2018, Aspermigas mulai aktif kembali dengan kepemimpinan Ketua Umum John S. Karamoy, salah satu pendiri Medco Energy. Dalam beberapa tahun terakhir, organisasi ini telah tumbuh pesat dengan lebih dari 30 perusahaan anggota dan lebih dari 50 anggota individu yang merupakan pakar migas.

Aspermigas bukan hanya sekadar asosiasi bisnis. Mereka mewakili suara perusahaan domestik dan nasional di sektor migas, termasuk hulu, hilir, dan midstream. Organisasi ini independen tetapi memiliki hubungan dekat dengan pemerintah, memberikan masukan terkait regulasi migas dan sering diundang oleh DPR untuk berdiskusi.

Dalam wawancara eksklusif dengan Listrik Indonesia, Moshe Rizal, Ketua Komite Investasi Aspermigas, menjelaskan peran penting yang dimainkan oleh organisasi ini sebagai mediator antara pemerintah dan perusahaan migas dalam mengatasi masalah regulasi dan kebijakan di sektor migas. Keberhasilan Aspermigas tidak hanya terletak pada representasinya terhadap pemerintah, tetapi juga dalam menjaga dan memajukan kepentingan perusahaan migas nasional.

Moshe Rizal Saat Memaparkan Kondisi Migas Nasional

 

Tantangan dalam Investasi di Sektor Migas

Meskipun potensi investasi di sektor migas Indonesia sangat besar, tantangan yang ada pun tak kalah signifikan. Moshe menjelaskan bahwa menciptakan lingkungan investasi yang menarik bagi para investor merupakan salah satu tantangan utama. Investasi dalam industri migas memerlukan kepastian, terutama dalam hal pendapatan. Perubahan peraturan perpajakan atau pungutan dapat mengubah hasil investasi, dan oleh karena itu, kontrak yang jelas dan stabilitas perpanjangan kontrak sangat diperlukan.

“Pentingnya kontrak yang jelas dan perpanjangan kontrak yang stabil menjadi kunci dalam menjaga daya tarik investasi jangka panjang di sektor migas. Investor ingin tahu bahwa investasinya akan aman dan akan memberikan hasil yang diharapkan,”ujar Moshe.

Namun, lanjut Moshe berujar,  undang-undang migas saat ini di Indonesia telah kehilangan insentif penting seperti "assume and discharge," yang memberikan kepastian kepada investor. Hal ini membuat undang-undang migas saat ini kurang menarik bagi investor, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara di Timur Tengah yang menggunakan sistem pembagian keuntungan berdasarkan royalti.

“Regulasi yang kompleks, termasuk Undang-Undang Otonomi Daerah, telah mempersulit proses investasi di sektor migas. Pemerintah sedang berupaya memperbaiki peraturan dan kebijakan untuk meningkatkan daya tarik investasi. Upaya ini mencakup pembaruan insentif yang pernah ada sebelumnya,”bebernya.

Moshe mengisahkan, negara-negara seperti Venezuela menjadi pelajaran berharga tentang dampak nasionalisasi yang berlebihan dalam sektor migas. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan investasi dan masalah ekonomi. Indonesia perlu menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan daya tarik investasi.

Menurutnya Kepentingan Kementerian BUMN dan Kementerian Energi serta Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam industri migas berbeda. Kementerian BUMN bertujuan mencapai profit maksimal, sementara ESDM fokus pada ketahanan energi, kemandirian, dan keterjangkauan energi. 

“Untuk mengatasi ketidakcocokan ini, mungkin perlu ada perubahan dalam pengaturan BUK (Badan Usaha Khusus),”cetusnya.

Sektor migas Indonesia masih memiliki potensi besar, tetapi juga dihadapkan pada banyak tantangan. Memastikan kepastian investasi, menyederhanakan regulasi, dan menjaga keseimbangan antara kepentingan nasional dan investasi asing adalah kunci dalam menghadapi masa depan sektor migas Indonesia.***

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#energi

Index

Berita Lainnya

Index