Listrik Indonesia | Iran beberapa hari lalu mengeluarkan seruan kepada negara-negara Muslim untuk memberlakukan embargo minyak terhadap Israel. Namun, pertanyaan muncul, negara mana yang sebenarnya menyokong aliran energi bagi Israel?
Pasar minyak yang global memberikan ruang besar bagi Israel untuk mengatasi potensi embargo tersebut. Namun, pengaruh embargo ini dipengaruhi oleh kebijakan negara Kazakhstan dan Azerbaijan.
Sejak pertengahan Mei, Israel telah mengimpor sekitar 220 ribu barel minyak mentah per hari, dengan sekitar 60 persen pasokan berasal dari dua negara mayoritas Muslim tersebut. Produsen di Afrika Barat, terutama Gabon, juga menjadi pemasok besar bagi Israel. Meskipun negara-negara tersebut mempertimbangkan opsi mengurangi atau menghentikan pasokan, Israel memiliki alternatif pasokan yang signifikan jika terjadi embargo massal oleh negara-negara Muslim. Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu utama Israel telah menjadi pemasok tambahan minyak mentah terbesar di pasar lintas laut global tahun ini. Sementara itu, ekspor minyak dari Brasil ke Israel juga mengalami peningkatan pesat.
Di sisi lain, produsen minyak di Timur Tengah hanya memberikan kontribusi kecil pada pasokan minyak mentah Israel, sementara Iran tidak memberikan kontribusi sama sekali kepada musuhnya tersebut.
Sementara untuk gas alam yang mendukung aliran listrik,, Israel memiliki ladang gas alam di lepas pantai yang dikelola oleh Chevron. Fasilitas ini mampu memenuhi 70 persen kebutuhan energi Israel untuk pembangkit listrik. Bahkan, Israel juga melakukan ekspor gas alam ke negara tetangga seperti Mesir dan Yordania.
Israel telah memproduksi gas alam dari ladang gas lepas pantainya sendiri sejak tahun 2004, dengan produksi mencapai lebih dari sembilan miliar meter kubik (bcm) per tahun pada 2017. Wilayah tersebut juga memiliki cadangan gas alam sekitar 199 miliar meter kubik (bcm) pada awal 2016.
Meski demikian, tantangan yang lebih mendesak bagi Israel adalah mengamankan pelabuhan minyak dan perairan terdekat agar proses impor dapat berlangsung dengan aman. Negara ini memiliki tiga terminal impor minyak mentah, yaitu Ashkelon dan Haifa di Mediterania, serta Eilat di Laut Merah. Terminal Ashkelon, yang menangani sekitar 180 ribu barel per hari, menjadi yang terpenting, namun terletak dekat dengan Gaza dan ditutup sementara setelah serangan pada 7 Oktober. Data dari Kpler menunjukkan bahwa sejak tahun 2020 tidak ada minyak mentah yang diimpor melalui terminal Laut Merah di Eilat, sementara aliran ke Haifa rata-rata sekitar 40 ribu barel per hari.
