Praktisi minyak dan gas bumi (migas), Hadi Ismoyo berpendapat bahwa Indonesia sedang mengalami tekanan menuju krisis energi karena terus merosotnya produksi minyak di dalam negeri. Hal ini membuat Indonesia semakin tergantung pada impor komoditas energi. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Hadi Ismoyo pada Senin (18/03/2024).
Hadi menekankan perlunya upaya untuk menemukan sumber migas jumbo atau giant discovery sebelum tahun 2060, terutama mengingat rencana pengurangan atau pelarangan total terhadap energi fosil pada periode tersebut.
"NKRI menjelang krisis energi, subsidi energi sudah Rp 510 triliun. Perlu perhatian semua pihak," ungkapnya.
Dalam eksplorasi migas, Hadi mengungkapkan bahwa masih ada 120 cekungan yang memiliki potensi sumber migas di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 60 cekungan masih bisa dieksplorasi lebih lanjut, termasuk di Natuna, South Bangka-Sumsel, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Papua, dan daerah lainnya.
"60 new basin diantaranya masih bisa dieksplorasi dengan giant lead and prospect seperti di Natuna, South Bangka-Sumsel, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Papua dan sebagainya," ujarnya.
Hadi juga menyoroti perlunya keberadaan team leader dari Pertamina dengan roadmap yang dapat mengikuti jejak keberhasilan Guyana dalam eksplorasi migas. Ia menekankan agar pemerintah tidak hanya bergantung pada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) asing, melainkan memberikan tugas kepada Pertamina dengan payung hukum khusus untuk melakukan eksplorasi yang memiliki risiko tinggi namun juga return yang tinggi.
Menyikapi target lifting minyak yang belum tercapai, berdasarkan data SKK Migas, Hadi menegaskan perlunya fokus pemerintah dalam meminta Pertamina untuk mencari giant discovery di new basin. Ia juga mengkritik pengeluaran pemerintah untuk belanja di luar negeri dan menyarankan agar uang tersebut dialokasikan untuk investasi eksplorasi di dalam negeri.
"Pemerintah harus fokus meminta Pertamina mencari giant discovery, jangan hanya belanja di luar negeri, investasikan uang yang dipakai M&A di luar negeri itu untuk eksplorasi di new basin. Jangan bilang tidak punya capital investment, toh mampu membeli 15% saham Masela," jelasnya.
Berdasarkan informasi dari SKK Migas, volume produksi minyak baru saat ini mencapai 605,723 ribu barel per hari (bph), yang setara dengan 91,78% dari target produksi sebesar 660 ribu bph. Sementara itu, untuk tahun 2024, target produksi minyak telah ditetapkan sebesar 635 ribu bph.
