Listrik Indonesia | Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional pada tahun 2045. Proyeksi menunjukkan permintaan listrik akan melonjak hingga 1.700 Terawatt hour (TWh), sementara sumber energi yang ada dinilai belum cukup memadai.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Agus Puji Prasetyono mengungkapkan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal tersebut ia ungkapkan dalam acara Anugerah Dewan Energi Nasional (DEN) 2024 di Jakarta, Dikutip pada Kamis (12/12/2024)
Jumlah kebutuhan tersebut selaras dengan pertumbuhan ekonomi RI sebesar 8%, seperti arahan Presiden Prabowo Subianto.
Menurut Agus, meskipun pemanfaatan energi terbarukan terus dimaksimalkan, kontribusinya masih terbatas.
"Nah kalau kita melihat satu contoh saja di tahun 2045, kita ini sebenarnya hanya memiliki energi terbarukan yang sangat terbatas," katanya.
Jika hanya mengandalkan sumber terbarukan, Indonesia diperkirakan hanya mampu menghasilkan 890 TWh pada 2045. Ditambah dengan pembangkit berbasis batu bara ultra-supercritical dan gas combine cycle, angka tersebut hanya meningkat menjadi 1.548 TWh, masih kurang dari kebutuhan yang diproyeksikan.
"Padahal ketika tahun 2045 kita perlu sekitar 1.700 (TWh), sesuai dengan prediksi pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan untuk mendukung tadi itu, keluar dari middle income trap. Kita perlu 1.700 TWh. Tahun 2045, kita hanya memiliki 1.548 TWh. Kurang, Karena itu apa? Tanpa nuklir tidak akan bisa menumbuhkan ekonomi kita sebesar itu," ujarnya.
Ia menjelaskan, PLTN memiliki potensi besar dalam bauran energi nasional dengan kapasitas 18 Gigawatt (GW) pada 2045.
"Kalau kita di tahun 2045 itu ada 18 Giga Watt, maka kita akan bisa kumpulkan 158 TWh, maka akan cukup menumbuhkan ekonomi kita. Jadi itulah kenapa nuklir itu harus masuk dalam bauran energi kita, bukan karena kita itu fanatik terhadap nuklir," pungkasnya.
.jpg)
