Listrik Indonesia | Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan bahwa Jerman resmi mengambil alih peran utama Amerika Serikat (AS) dalam Just Energy Transition Partnership (JETP). Pergantian ini terjadi setelah AS menarik diri dari platform pendanaan hijau global tersebut. Pernyataan ini disampaikan Hashim dalam Indonesia Green Energy Investment Dialogue 2025 di Jakarta, Kamis (27/2/2025).
Latar Belakang JETP dan Peran Indonesia
JETP merupakan inisiatif yang diluncurkan pada Konferensi Iklim COP-26 di Glasgow (2021) oleh negara-negara G7, termasuk AS, Inggris, Jerman, dan Jepang. Skema ini bertujuan mendukung transisi energi berkeadilan di negara berkembang melalui pendanaan publik dan swasta.
Indonesia menjadi negara kedua setelah Afrika Selatan yang bergabung dengan JETP pada KTT G20 Bali (2022), didukung oleh International Partners Group (IPG) yang mencakup negara G7 plus Denmark, Norwegia, dan Uni Eropa. Melalui JETP, Indonesia berkomitmen mempercepat transisi energi di sektor ketenagalistrikan, sementara negara IPG menjanjikan pendanaan hingga USD 20 miliar untuk proyek energi terbarukan (EBT) dan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Hashim Sebut JETP Gagal, AS Tak Penuhi Janji
Sebelumnya, Hashim kerap mengkritik lambatnya realisasi dana JETP. Pada Januari 2025, ia menyatakan kekecewaannya karena AS belum menyalurkan dana hibah USD 5 miliar dari total komitmen USD 20 miliar. “JETP itu gagal. Dua tahun berjalan, tak satu dolar pun dikucurkan AS,” ujarnya di Jakarta (31/1/2025), merujuk pada pertemuannya dengan Utusan Khusus AS John Podesta di Baku, Azerbaijan.
Koreksi Hashim: AS Telah Kucurkan USD 112 Juta
Namun, dalam forum terbaru (27/2), Hashim menarik kembali pernyataannya. “Saya mengoreksi ucapan saya. Ternyata AS telah menyalurkan USD 112 juta dalam beberapa pekan terakhir,” akunya. Meski demikian, angka ini masih jauh dari komitmen awal, memicu pertanyaan soal transparansi dan keseriusan negara donor.
Masa Depan JETP di Bawah Kepemimpinan Jerman
Dengan kepemimpinan baru Jerman, harapan terhadap percepatan pendanaan hijau mengemuka. Jerman dikenal sebagai salah satu pionir transisi energi global, dengan komitmen mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam memastikan aliran dana swasta dan harmonisasi kebijakan antarnegara.(KDR)
