RI Punya Potensi Bisnis CCS 200 Tahun, Investasi Capai US$38 Miliar

RI Punya Potensi Bisnis CCS 200 Tahun, Investasi Capai US$38 Miliar
Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center, Belladonna Troxylon Maulianda/Dok.KDR

Listrik Indonesia | Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan bisnis penyimpanan karbon lintas negara (carbon capture and storage/CCS), dengan prospek yang diperkirakan bisa bertahan hingga 200 tahun. Direktur Eksekutif Indonesia CCS Center, Belladonna Troxylon Maulianda, mengungkapkan bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam yang mendukung penyimpanan CO2, yang menjadikan negara ini sebagai pemain utama dalam industri CCS global.

Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi penyimpanan CO2 sebesar 577,62 Giga Ton, yang terbagi dalam dua kategori utama: Depleted Oil & Gas (4,85 Giga Ton) dan Saline Aquifer (572,77 Giga Ton). Potensi besar ini membuka peluang bagi Indonesia untuk menyimpan emisi karbon dari negara-negara tetangga, yang diperkirakan dapat bertahan hingga 200 tahun. Jika hanya digunakan untuk menyimpan emisi domestik, potensi ini bahkan bisa bertahan hingga 1.000 tahun.

"Jika kita menyimpan CO2 dari negara-negara tetangga untuk memperoleh pendapatan, dipadukan dengan emisi domestik, kapasitas penyimpanan kita dapat mencakup sekitar 200 tahun," ujar Belladonna dalam konferensi pers The 3rd International & Indonesia CCS Forum 2025 di Jakarta pada Senin (21/04/2025).

Dia menambahkan, kekayaan sumber daya penyimpanan karbon Indonesia cukup besar, dengan total kapasitas penyimpanan sekitar 600 Giga Ton, yang dapat menampung sekitar 600 juta ton emisi karbon per tahun. "Dengan kapasitas sebesar itu, kita bisa menyimpan emisi karbon selama 1.000 tahun," jelasnya.

Belladonna optimistis bahwa sektor ini akan menciptakan efek berganda, termasuk penciptaan sekitar 170 ribu lapangan kerja hijau setiap tahun. Selain itu, kontribusi terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diperkirakan bisa mencapai 0,8 hingga 1% per tahun.

Sampai saat ini, Indonesia sudah menerima investasi untuk tiga proyek CCS yang dijadwalkan mulai beroperasi pada 2030, dengan total investasi mencapai sekitar US$38 miliar. Investasi tersebut datang dari berbagai perusahaan, termasuk perusahaan multinasional dan perusahaan nasional. Salah satu investor utama adalah Exxon, yang berencana membangun pabrik petrokimia berteknologi canggih, yang akan terintegrasi dengan sistem CCS sejak hari pertama operasinya.

"Investasi ini bukan hanya sekadar pembangunan infrastruktur, tetapi juga merupakan langkah penting dalam mengembangkan teknologi global untuk CCS," kata Belladonna menutup diskusinya.

Dengan potensi besar ini, Indonesia siap menjadi salah satu pusat utama dalam penyimpanan karbon global, yang tidak hanya akan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga memberikan manfaat ekonomi jangka panjang bagi Negara.(KDR)

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#CCS

Index

Berita Lainnya

Index