Listrik Indonesia | Setahun pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menjadi momentum penting bagi sektor energi nasional. Di tengah ambisi menuju kemandirian energi, Pertamina kembali menjadi ujung tombak pelaksana berbagai proyek strategis, mulai dari pembangunan kilang hingga pengembangan energi baru dan terbarukan. Namun, di balik sederet capaian tersebut, muncul pertanyaan: sejauh mana peran Pertamina benar-benar sejalan dengan arah kebijakan energi pemerintahan baru?
Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyampaikan bahwa semangat Pertamina untuk melayani masyarakat tidak pernah surut, meski dihadapkan pada tantangan geografis Indonesia yang luas.
“Distribusi energi di Indonesia dikenal sebagai yang terumit di dunia, namun Pertamina selalu setia menyalurkan energi kepada seluruh masyarakat Indonesia di mana pun berada,” ujar Simon.
Menurut Simon, komitmen Pertamina dalam menyediakan energi tercermin dari berbagai program yang dijalankan, termasuk Program BBM Satu Harga yang ditujukan bagi wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Dalam kurun satu tahun pemerintahan Prabowo–Gibran, Pertamina telah membangun dan mengoperasikan 40 lembaga penyalur baru yang tersebar di empat klaster utama: Maluku–Papua (14 titik), Sulawesi–Nusa Tenggara (12 titik), Kalimantan (7 titik), dan Sumatera (7 titik).
Dengan penambahan tersebut, jaringan BBM Satu Harga kini mencapai 573 lembaga penyalur dari total 15.345 titik distribusi BBM di seluruh Indonesia. Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerataan akses energi, sejalan dengan visi pemerintahan untuk membangun dari desa dan memperkuat ekonomi rakyat.
Selain BBM, Pertamina juga memperluas akses energi rumah tangga melalui program One Village One Outlet (OVOO). Program ini memperkuat jaringan distribusi LPG subsidi, yang kini menjangkau 269.096 pangkalan di 38 provinsi. Dalam periode yang sama, sebanyak 370 ribu pengecer LPG 3 kilogram telah ditingkatkan statusnya menjadi sub-pangkalan, sehingga layanan energi dapat menjangkau hingga tingkat RT dan RW.
“Pertamina bergerak mendistribusikan BBM dan LPG dengan memanfaatkan multi moda, baik darat, laut, dan udara. Ketersediaan energi menjadi faktor utama yang mendorong kemajuan ekonomi masyarakat, terlebih di wilayah 3T,” tegas Simon.
Untuk memperkuat rantai distribusi energi, Pertamina saat ini mengoperasikan 6.000 armada mobil tangki dan 476 kapal tanker serta kapal pendukung. Dalam satu tahun terakhir, perusahaan juga menambah 10 kapal tanker baru, termasuk empat kapal Very Large Gas Carrier (VLGC) yang ramah lingkungan — Pertamina Gas Caspia, Pertamina Gas Dahlia, Pertamina Gas Tulip, dan Pertamina Gas Bergenia. Enam kapal lainnya digunakan untuk pengangkutan BBM dan minyak mentah, yang memperkuat ketahanan energi nasional melalui jalur laut.
Pertamina juga terus meningkatkan keandalan infrastruktur pengolahan minyak. Selama masa pemerintahan Prabowo–Gibran, perusahaan telah menyelesaikan pembangunan dua tangki minyak mentah di Lawe-Lawe, masing-masing berkapasitas satu juta barel. Tangki ini menjadi bagian dari proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, yang akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang menjadi 360 ribu barel per hari.
Selain itu, Pertamina menuntaskan pembangunan empat tangki baru di Kilang Balongan dengan kapasitas masing-masing 29 ribu meter kubik. Penambahan kapasitas penyimpanan ini mendukung ketersediaan stok dan memperkuat peran Balongan dalam menjaga stabilitas pasokan BBM nasional.
Langkah penguatan infrastruktur juga dilakukan dengan membangun pipa minyak sepanjang 96 kilometer yang menghubungkan Kilang Balongan dan Terminal BBM Plumpang. Jalur ini akan menyalurkan sekitar 4,6 juta kiloliter BBM per tahun untuk mendukung kebutuhan wilayah Jawa Barat dan Jakarta, yang menyerap sekitar 30 persen konsumsi nasional.
Menurut Simon, pengembangan infrastruktur tersebut merupakan bagian penting dari strategi menjaga ketahanan energi nasional.
“Kehadiran infrastruktur energi sangat strategis untuk menjaga ketahanan energi sekaligus mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada energi nasional sebagaimana yang tertuang dalam Asta Cita Pemerintahan Prabowo-Gibran,” pungkasnya.
Dalam satu tahun pertama pemerintahan baru ini, kiprah Pertamina menunjukkan pergeseran dari sekadar penyedia energi menuju penguat ketahanan nasional. Tantangan pemerataan dan transisi energi masih besar, namun langkah yang ditempuh menjadi fondasi bagi arah kebijakan energi Indonesia ke depan.
