Warga Binaan Nusakambangan Berdaya Lewat Inovasi FABA

Rabu, 10 September 2025 | 06:15:37 WIB
Proses Pembuatan FABA

Listrik Indonesia | Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, kini menampilkan wajah baru. Warga binaan yang sebelumnya identik dengan keterbatasan, kini justru mampu berkarya dan menghasilkan nilai ekonomi dari sesuatu yang semula dianggap limbah. 

Melalui pemanfaatan abu sisa pembakaran batu bara di PLTU Adipala atau yang dikenal dengan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA), para warga binaan berhasil memproduksi berbagai material konstruksi, mulai dari batako, paving block, roaster, hingga buis beton. Program ini terwujud berkat kerja sama Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) dengan PT PLN (Persero). 

Tidak hanya sebatas pelatihan, keberadaan workshop FABA di lahan tidur Pulau Nusakambangan menjadi wadah pembekalan keterampilan nyata. Dari tempat yang dulu dikenal sebagai “pulau penjara”, Nusakambangan perlahan bertransformasi menjadi pusat pemberdayaan yang menyiapkan warga binaan untuk kembali ke masyarakat dengan bekal produktif. 

Kevin Ruben Rafael, warga binaan Lapas Terbuka Nusakambangan, mengaku mendapatkan manfaat besar dari kegiatan ini.
“Ilmu yang kami dapatkan sangat berharga. Nantinya, saat kembali ke masyarakat, pengetahuan ini bisa menjadi jalan untuk kehidupan yang lebih baik,” ungkapnya. 

Listianto, warga binaan Lapas Nirbaya, juga menyampaikan rasa syukur. “Alhamdulillah, saya bisa ikut program ini. Harapannya, saya bisa mandiri setelah bebas dan membangun kehidupan baru yang lebih baik,” ujarnya. 

Menteri Imipas, Agus Andrianto, menilai program ini sebagai langkah strategis dalam menyiapkan warga binaan menghadapi masa depan.
“Pelatihan kerja seperti ini akan terus kami dorong agar mereka mampu beradaptasi, berdaya, dan siap kembali ke tengah masyarakat,” kata Agus saat meninjau Workshop FABA di Nusakambangan, Selasa (9/9). 

Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa pemanfaatan FABA bukan hanya membuka peluang usaha, tetapi juga memberikan solusi nyata bagi isu lingkungan.
“Melalui kegiatan ini, limbah bisa diubah menjadi produk bernilai. Warga binaan tidak hanya berlatih keterampilan, tapi juga menciptakan lapangan kerja baru. Produk yang mereka hasilkan berkualitas, kompetitif, dan punya potensi pasar yang luas,” jelas Darmawan. 

Saat ini, workshop FABA di Nusakambangan dilengkapi dua unit mesin dengan kapasitas produksi mencapai 2 juta *paving block* dan 1 juta batako per tahun. Jika produksi berjalan penuh dan produk dipasarkan secara luas, omzetnya diperkirakan bisa menembus Rp5,4 miliar setiap tahun. 

Sebanyak 30 warga binaan telah terlibat aktif dalam produksi. Darmawan optimistis jumlah ini akan terus bertambah seiring pembinaan yang berkesinambungan.
“Kami sangat menghargai kedisiplinan dan etos kerja warga binaan. Hasilnya, produk mereka memiliki kualitas premium dan mampu bersaing di industri,” ujarnya. 

Program ini menegaskan bahwa lapas tidak lagi sekadar ruang kurungan, melainkan pusat pembinaan yang mampu melahirkan peluang ekonomi baru.
“Ke depan, Nusakambangan bisa menjadi contoh nasional bagaimana sebuah lapas berkembang menjadi pusat kegiatan produktif sekaligus pemberdayaan masyarakat,” tutup Darmawan.

Tags

Terkini