Listrik Indonesia | Masih ingat pidato pertama Presiden Prabowo Subianto sejak menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia? Di hadapan 19 kepala negara dan kepala pemerintahan serta 15 utusan khusus negara sahabat, Prabowo dengan tegas mengatakan bahwa Indonesia harus swasembada energi dan juga swasembada pangan.
“Kita harus swasembada energi dan kita mampu untuk swasembada energi. Kita diberi karunia Tuhan, tanaman-tanaman yang membuat kita bisa untuk tidak tergantung pada bangsa lain,” kata Prabowo, pada pelantikannya sebagai Presiden Kedelapan Republik Indonesia, 20 Oktober 2024 lalu, tepat setahun yang lalu.
Dari pernyataannya, jelas bahwa Presiden Prabowo ingin energi Indonesia berdaulat, demi Indonesia yang lebih kuat. Swasembada energi bisa diartikan sebagai otonomi energi, dimana kapasitas suatu negara untuk memenuhi kebutuhan energinya tidak bergantung pada negara lain.
Target swasembada energi inilah yang diterjemahkan oleh PT PLN (Persero) dengan cara meningkatkan kapasitas pembangkit. Bahkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 yang diteken oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, pada Mei 2025 lalu, terungkap bahwa akan ada kapasitas pembangkit listrik baru sekitar 69,5 GW. Sekitar 75 persennya merupakan porsi bauran energi baru terbarukan (EBT). Artinya ini akan menjadi RUPTL terhijau sepanjang sejarah negeri ini berdiri.
“Selama sepuluh tahun ke depan akan ada penambahan 69,5 gigawatt, additional capacity pembangkit. 75 persen dari 69,5 gigawatt, arahan Pak Menteri sesuai arahan Bapak Presiden, adalah berbasis pada energi baru terbarukan. Energi yang tadinya impor digantikan dengan energi yang berbasis domestik,” kata Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo pada satu acara.
Andal dan Terjangkau
Diketahui bersama bahwa PT PLN (Persero) sendiri memegang peranan penting dalam menjaga keandalan dan keterjangkauan listrik bagi rakyat Indonesia. Sejauh ini PLN sudah menunjukkan kemajuan positif menyangkut perkembangan kelistrikan di Tanah Air.
“Tingkat rasio elektrifikasi telah mencapai hampir 100 persen dan kualitas layanan semakin baik dengan penurunan durasi serta frekuensi padam, dimana hingga Juli 2025, realisasi SAIDI (System Average Interrupted Duration Index) dan SAIFI (System Average Interrupted Frequency Index) turun secara signifikan mencapai 134,11 menit/pelanggan untuk SAIDI dan 1,73 kali/pelanggan untuk SAIFI,” kata Adi Priyanto, Direktur Retail dan Niaga PT PLN (Persero), kepada Listrik Indonesia.
Dengan fakta tersebut, PLN tak hanya menghadirkan pelayanan terbaik bagi masyarakat, tapi juga meningkatkan kepuasan pada pelanggannya. Selain menghadirkan pelayanan terbaik bagi masyarakat, PLN juga melakukan transformasi energi melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan digitalisasi sistem kelistrikan guna memperkuat keandalan dan efisiensi. “Hal ini mencerminkan komitmen PLN dalam menghadirkan listrik yang andal, terjangkau, dan berkelanjutan,” terangnya.
Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah Indonesia mematok target pertumbuhan ekonomi delapan persen. Guna menggapai itu, ketersediaan listrik yang andal menjadi hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Terang saja target delapan persen itu erat hubungannya dengan ketersediaan layanan listrik. Makanya Pemerintah berencana meningkatkan investasi di sektor energi bersih untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Selain meningkatkan kapasitas pembangkit tadi, terutama dari energi baru terbarukan, PLN juga dikabarkan akan meningkatkan efisiensi operasionalnya. Salah satunya adalah dengan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
“Selain menghadirkan pelayanan terbaik bagi masyarakat, PLN juga melakukan transformasi energi melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan digitalisasi sistem kelistrikan memperkuat keandalan dan efisiensi. Hal ini mencerminkan komitmen PLN dalam menghadirkan listrik yang andal, terjangkau, dan berkelanjutan,” tegas Adi.