Kolaborasi ITB–Tsinghua–Datong Jaya Lahirkan Konsorsium Riset Energi Baru

Selasa, 25 November 2025 | 11:24:29 WIB
ITB–Tsinghua–Datong Jaya Bentuk Thermal Power Innovation Consortium

Listrik Indonesia | Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB meresmikan kerja sama strategis dengan Department of Thermal Engineering Tsinghua University dan PT Datong Jaya Indonesia melalui penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) dalam rangka pembentukan Thermal Power Innovation Consortium (TEPIC). Penandatanganan dilakukan pada gelaran 91st IEA–FBC TCP Meeting di Multipurpose Hall CRCS ITB Kampus Ganesha, Jumat (14/11/2025), dan turut disaksikan oleh Rektor ITB, Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T.

Kerja sama ini menggabungkan kekuatan riset perguruan tinggi dan kebutuhan industri dalam mempercepat pengembangan teknologi energi, khususnya pada sektor pembangkitan berbasis inovasi termal. Dekan FTMD ITB, Prof. Dr. Ir. Hermawan Judawisastra, M.Eng.; delegasi Tsinghua University, Prof. Hairui Yang; serta perwakilan PT Datong Jaya Indonesia, Wan Ping, menandatangani MoA tersebut sebagai tonggak awal kolaborasi jangka panjang.

Melalui TEPIC, ketiga institusi berkomitmen menjalankan sejumlah program prioritas, meliputi riset bersama, pengembangan teknologi baru, pertukaran pengetahuan, peningkatan kapasitas akademik, hingga hilirisasi inovasi untuk kebutuhan industri. FTMD ITB menilai konsorsium ini akan membuka akses lebih luas bagi mahasiswa dan peneliti untuk masuk dalam jejaring riset internasional, sementara mitra industri memperoleh peluang untuk menerapkan inovasi langsung di lapangan.

Keterlibatan FTMD dalam forum internasional seperti IEA–FBC TCP turut memperkuat posisi ITB di kancah global, khususnya dalam pengembangan teknologi Circulating Fluidized Bed (CFB) yang kini semakin relevan bagi kebutuhan transisi energi Indonesia. Forum yang diikuti lebih dari 90 delegasi dari berbagai negara ini juga menjadi momentum bagi Indonesia untuk memperkuat peran sebagai satu-satunya kandidat anggota permanen IEA–FBC TCP dari Tanah Air.

Dampak kerja sama ini tidak hanya ditujukan bagi penguatan akademik, tetapi juga implementasi nyata melalui dukungan PT Datong Jaya Indonesia. Hasil riset yang dikembangkan diharapkan dapat diterapkan dalam industri pembangkitan, sehingga mendorong hilirisasi teknologi secara lebih cepat dan lebih relevan bagi kebutuhan nasional.

Pada forum IEA–FBC Meeting ke-91 di Bandung, arah baru pengembangan pembangkit listrik menjadi sorotan. Teknologi fluidized bed, biomassa, serta skema waste cofiring disebut sebagai pilar utama pembangkit masa depan. Teknologi ini dinilai mampu menjawab kebutuhan transisi energi tanpa mengorbankan stabilitas pasokan listrik nasional.

Dua praktisi energi, Wan Ping dan B. Aji Prakoso, turut menggarisbawahi paradigma baru pembangkit listrik. Mereka menekankan bahwa transformasi tidak lagi bertumpu pada sistem tunggal berbahan bakar batu bara, melainkan mengarah pada konsep multifuel coupling power generation. Menurut mereka, pembangkit berbasis multifuel mampu memadukan berbagai sumber energi, termasuk biomassa, RDF, sludge sawit, hingga limbah industri, sehingga emisi dapat ditekan tanpa menurunkan keandalan pasokan listrik.

Sejumlah negara memang memilih menutup PLTU sebagai langkah transisi. Namun Indonesia dihadapkan pada kondisi berbeda, di mana kebutuhan listrik terus meningkat dan pembangkit energi terbarukan belum sepenuhnya menggantikan beban dasar. Karena itu, transformasi PLTU menjadi pembangkit multifuel dinilai sebagai langkah paling realistis.

Teknologi CFB menjadi kunci utama dalam transformasi tersebut. Sistem ini dapat menerima berbagai jenis bahan bakar dengan karakteristik berbeda, menjadikannya sebagai fondasi pembangkit modern yang efisien dan fleksibel. “Yang paling krusial itu ketersediaan bahan baku dan harga yang masuk akal. Kalau supply biomassa bisa terjamin, PLTU di Indonesia sebenarnya siap untuk cofiring secara bertahap,” ujar Wan Ping.

Ia juga menjelaskan bahwa PT Datong Jaya Indonesia telah memperkuat kolaborasi dengan PLN-EPI melalui penandatanganan MoU pada Agustus 2025 terkait penyediaan teknologi biomass pre-treatment. Kerja sama ini bertujuan memastikan pasokan biomassa berkualitas dan stabil untuk mendukung cofiring di pembangkit listrik.

Acara di ITB turut dihadiri perwakilan universitas dan institusi dari berbagai negara, seperti Swedia, Estonia, Italia, Finlandia, Cina, Kanada, Kazakhstan, Jepang, dan Republik Ceko. Diskusi yang berlangsung menegaskan bahwa masa depan pembangkit listrik tidak lagi terpaku pada teknologi lama, tetapi bergerak menuju sistem yang lebih bersih, fleksibel, dan mampu memadukan berbagai sumber energi.

Tags

Terkini