Listrik Indonesia | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berencana mengoptimalkan peran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk mendorong pembangunan kilang bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Langkah ini diambil guna memperkuat ketahanan energi nasional, terutama dalam memenuhi kebutuhan BBM domestik yang masih bergantung pada impor.
Usulan ke Presiden Prabowo: Percepat Investasi Kilang
Dalam keterangannya usai melantik jajaran SKK Migas di Jakarta, Bahlil menyatakan akan mengajukan proposal kepada Presiden Prabowo Subianto agar Danantara fokus pada pendanaan proyek strategis, termasuk peningkatan kapasitas kilang dan fasilitas penyimpanan (storage) BBM. “Proyek hilirisasi, seperti pembangunan kilang dan storage BBM, akan menjadi prioritas kami. Ini kunci untuk mengurangi ketergantungan impor,” tegasnya.
Saat ini, ketahanan stok BBM Indonesia hanya mampu bertahan selama 21 hari, jauh di bawah standar ideal 30 hari. Dengan dukungan investasi melalui Danantara, pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas penyimpanan dan produksi BBM dalam negeri.
Tekan Impor dengan Kilang Modern dan Teknologi EOR
Bahlil mengungkapkan, impor minyak mentah dan BBM masih menjadi beban devisa negara. Solusinya, pembangunan kilang baru dan modernisasi fasilitas existing dinilai mampu mengolah minyak domestik secara mandiri. “Kita punya sumber minyak, tetapi pengolahannya terbatas. Butuh investasi besar untuk memperkuat sektor ini,” ujarnya.
Tak hanya itu, Kementerian ESDM juga menargetkan peningkatan produksi minyak melalui teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dan inovasi lainnya. Saat ini, lifting minyak nasional berada di angka 580 ribu barel per hari (bph), dengan target 630-650 ribu bph di akhir 2025. Ambisi jangka panjangnya, produksi bisa mencapai 800-900 ribu bph pada 2028-2029.
Dana Danantara Jadi Solusi Pembiayaan Jangka Panjang
Keberadaan Danantara sebagai lembaga pengelola investasi negara diharapkan menjadi solusi pendanaan jangka panjang untuk proyek-proyek energi strategis. Pembangunan kilang diperkirakan menelan dana triliunan rupiah, sehingga kolaborasi dengan investor global dan BUMN menjadi vital.
“Kami akan dorong skema investasi hybrid, baik melalui APBN, BUMN, maupun mitra swasta. Dengan begitu, target peningkatan kapasitas kilang dan produksi minyak bisa tercapai,” tambah Bahlil.
Meski optimis, Bahlil mengakui sejumlah tantangan seperti regulasi, kesiapan teknologi, dan dinamika harga global. Namun, ia menegaskan bahwa langkah ini penting untuk mengurangi defisit neraca dagang dan menjamin stok energi nasional.
Dukungan Danantara di sektor energi diharapkan menjadi fondasi transformasi hilirisasi migas Indonesia, sekaligus mewujudkan kemandirian energi sesuai visi Presiden Prabowo.(KDR)
