PTBA Waspadai Dampak Perang Dagang China-AS terhadap Permintaan Batu Bara

PTBA Waspadai Dampak Perang Dagang China-AS terhadap Permintaan Batu Bara
Batu bara PTBA

Listrik Indonesia | Situasi ekonomi global saat ini tengah berada dalam kondisi yang tidak stabil. Gejolak geopolitik serta perang dagang antara Amerika Serikat dan China memberikan dampak signifikan terhadap berbagai sektor, termasuk industri batu bara. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arsal Ismail, menyampaikan bahwa ketidakpastian global ini menjadi perhatian serius bagi pelaku usaha, khususnya yang bergerak di sektor energi. 

situasi ekonomi global saat ini memang sedang berada tidak dalam kondisi baik-baik saja, ya. sudah terjadi ada beberapa yang yang tadinya ketidakpastian akan menjadi pasti. Seperti Trump menerapkan dengan yang perang tarif balas-membalas antara Amerika dan China juga terjadi, Indonesia juga akan mengenai dampaknya,” ucap Arsal pada Press Conference Kinerja Keuangan dan Operasional Tahun Buku 2024, di Jakarta, Senin (14/04/2025). 

"Memang saat ini kondisi ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja. Ketegangan antara AS dan China sudah memunculkan berbagai reaksi, termasuk kebijakan tarik ulur perdagangan. Ini tentunya berdampak juga ke Indonesia," ujar Arsal, Senin (14/4). 

Arsal menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia telah bergerak cepat untuk mengantisipasi potensi dampak dari konflik ini, salah satunya dengan melakukan negosiasi serta terobosan-terobosan kebijakan. 

Dalam konteks bisnis PTBA, Arsal menjelaskan bahwa pasar ekspor utama seperti China, India, Korea, dan Vietnam masih menjadi tumpuan. Namun, ketidakpastian kondisi ekonomi di negara-negara tersebut perlu dicermati. 

"Kita masih ada khawatiran kalau seandainya kondisi ini terjadi menerus-menerus sehingga pertumbuhan ekonomi mereka menjadi lambat, pertumbuhan industri mereka menjadi melambat ini akan mempengaruhi permintaan batu-bara,” lanjutnya. 

Meski China memiliki kapasitas produksi batu bara domestik yang besar mencapai 5 miliar ton per tahun,Arsal mencatat bahwa mereka tetap melakukan impor sekitar 200 hingga 300 juta ton untuk memenuhi kebutuhan energi. Hal ini membuka peluang bagi PTBA untuk tetap menjaga pasokan ke pasar Negeri Tirai Bambu. 

"Karena di China itu dari Utara sampai Selatan membawanya itu kan ongkos angkutnya cukup tinggi, disinilah peran kami dalam melakukan konsolidasi tadi,” tambahnya. 

Arsal juga menyinggung harga batu bara global yang sempat turun di bawah US$100 per ton, meski belakangan mulai bergerak naik kembali. Menurutnya, jika harga batu bara masih bertahan di atas US$90, PTBA tetap akan menjaga strategi ekspor agar dapat terus memasok ke negara-negara mitra. 

PTBA sendiri terus menyiapkan langkah antisipatif agar tetap kompetitif di tengah dinamika global yang terus berubah, termasuk melakukan konsolidasi dan efisiensi agar batu bara tetap bisa diserap pasar ekspor secara optimal. 

”Yang penting buat batu-bara ini, masti bisa ada peluang untuk dipakai oleh industri-industri yang ada di China, India, Korea, Vietnam, dan kami lebih banyak ekspornya itu ke China, sebagian besar ya, China, juga ada India, juga ada kalau korea sudah masuk tapi kita pakai pihak ke tiga sama yang baru-baru di Vietnam ya, dan untuk sampai triwulan 1, Alhamdulillah, kita masih bisa terjaga dan bisa memenuhi untuk permintaan dari kegiatan ekspor,” tutup Arsal.(KDR)

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#PT Bukit Asam Tbk (PTBA)

Index

Berita Lainnya

Index