Listrik Indonesia | Ada pelajaran penting yang didapat pengusaha Indonesia dari adanya perang dagang yang baru-baru ini terjadi. Rupanya, daya saing produk yang berorientasi ekspor menjadi kunci penting untuk terus berkompetisi.
PT Sintra Sinarindo Elektrik (Sintra) telah membuktikannya. Perusahaan ini terus menunjukkan eksistensinya di pasar luar negeri, terutama untuk segmen tranformator dengan ester oil. Amerika Serikat menjadi salah satu tujuan ekspor trafo dengan merek Sintra. Selain pasar AS, trafo merek Sintra ini juga sudah diekspor ke negara-negara Asia Tenggara.
Perusahaan yang sudah berdiri sejak 1996 ini telah berhasil memberikan optimisme di tengah perang dagang yang berkecamuk beberapa waktu lalu. Kini, dengan meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China setidaknya telah berhasil juga meredam kegelisahan pengusaha sepanjang April 2025. Tak terkecuali yang dialami Yohanes P. Widjaja, Direktur PT Sintra Sinarindo Elektrik.
“Waktu awal kebijakan bea masuk impor itu diumumkan, tentu kami sebagai pengusaha yang melakukan ekspor ke AS cukup terganggu dengan kebijakan Presiden Trump,” terangnya.
Kini Yohanes merasa optimistis, karena saat ini sudah mereda perang tarif antara Amerika Serikat dan China. “Pertimbangan optimis itu adalah kami melihat saat ini sudah terjadi perundingan antara China-AS. Tentunya ini juga akan mempermudah negosiasi negara lain dengan AS,” ucap Yohanes yang juga tercatat sebagai Ketua Umum Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia (APPI).
Dengan kondisi tersebut, setidaknya kini sejumah produsen alat kelistrikan setidaknya bisa menarik napas lega. Terutama produsen yang aktif mengekspor barang ke Amerika Serikat (AS). Sebaliknya, peristiwa Tarif Trump itu justru memberi pelajaran kepada semua produsen untuk memiliki daya saing di tingkat global.
Pentingnya daya saing itu sudah dibuktikan oleh PT Sintra Sinarindo Elektrik (Sintra) yang dikenal sebagai produsen trafo (transformator). Bahkan ketika kebijakan tarif bea masuk impor diterapkan AS, Sintra tetap eksis di pasar luar negeri. Ya, itu bisa terjadi karena trafo merek Sintra sudah dipercaya oleh pasar asing.
Ekspor ke USA
“Saat ini kami melakukan ekspor ke Amerika Serikat. Selain kualitas produk harus terjaga, ketepatan waktu pengiriman juga harus pasti,” kata Yohanes seraya membocorkan rahasia sukses ekspornya.
Usai meredanya perang dagang itu, langkah ekspor Sintra kembali menjadi ringan. Bahkan kata Yohanes, pihaknya juga tengah menyiapkan pasar baru di Negeri Paman Sam. “Saat ini trafo yang kami ekspor itu untuk keperluan industri,” jelasnya.
Menurutnya, ekspor trafo yang ke pasar AS yang saat ini dilakukan Sintra adalah trafo dengan spesifikasi khusus (cutomized). Yohanes mengakui bahwa trafo pesanan khusus ini sulit untuk memproduksinya, ditambah lagi adanya tambahan asesoris dan besar-besar.
“Transformer yang kami produksi untuk ekspor itu adalah transformer besar dengan daya 12 MVA dan 20 MVA, yang menggunakan ester oil karena mengikuti standar produk green energy atau less carbon emission. Ini adalah trafo spek khusus atau tidak standar, karena digunakan untuk industri tertentu,” kata Yohanes.
Sintra sendiri, kata Yohanes, telah merancang trafo dengan teknologi canggih dan menggunakan bahan berkualitas serta memiliki kandungan komponen dalam negeri yang tinggi, di atas 40 persen.
Yohanes mengakui bahwa saat ini industri trafo sedang booming di AS. “Dengan adanya kesempatan ini kami ambil. Ini terutama karena kelistrikan sedang berkembang di AS. Salah satunya karena maraknya penggunaan AI (Artificial Intelligence) yang membutuhkan listrik besar,” ucapnya.
Yohanes sendiri berharap bahwa negosiasi tarin antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika Serikat dapat berjalan dengan baik. “Itu yang sangat kita tunggu. Jika itu berjalan baik maka pasar ekspor akan terbuka,” katanya.
