Masalah Resale Value Hantui Calon Pembeli Mobil Listrik, Ini Tanggapan Bos BYD Indonesia

Masalah Resale Value Hantui Calon Pembeli Mobil Listrik, Ini Tanggapan Bos BYD Indonesia
Agenda GIIAS 2025. (Dok: @giias_id)

Listrik Indonesia | Kekhawatiran terhadap penurunan nilai jual kembali (resale value) masih menjadi salah satu pertimbangan utama bagi masyarakat yang ingin beralih ke kendaraan listrik. Sejumlah calon pembeli menilai bahwa harga mobil listrik lebih cepat turun dibandingkan mobil konvensional, sehingga ragu untuk melakukan pembelian.

Menanggapi hal ini, Presiden Direktur PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao menyampaikan bahwa kekhawatiran tersebut kemungkinan akan berkurang seiring pertumbuhan pasar kendaraan listrik di Indonesia. Ia menegaskan bahwa pihaknya masih terus mempelajari dan melakukan riset mengenai aspek harga jual kembali mobil listrik. Hal tersebut ia ungkapkan dalam konferensi pers di ICE BSD, Tangerang, Rabu (30/7/2025).

“Bicara resale value, kami terus melakukan riset dan pembelajaran untuk kemungkinan bagaimana soal harga ini,” ujarnya.

Menurutnya, perkembangan pasar kendaraan listrik di Indonesia dalam dua tahun terakhir menunjukkan tren yang signifikan. Ia mencatat bahwa pangsa pasar kendaraan listrik meningkat dari 2 persen menjadi 17 persen. 

“Dua tahun yang lalu, penetrasi EV hanya 2 persen, jadi produk yang minoritas. Tetapi per bulan lalu, market share-nya sudah 17 persen,” kata Eagle.

Peningkatan volume kendaraan listrik ini dipandang sebagai salah satu faktor yang akan mendorong terbentuknya pasar kendaraan listrik bekas. Dengan demikian, harga jual kembali mobil listrik diharapkan menjadi lebih stabil. 

“Semakin banyak unit EV beredar, makin besar pula kebutuhan akan pasar second-nya. Itu akan membantu stabilisasi harga jual kembali,” ucapnya.

Selain bertumpu pada pertumbuhan pasar, BYD juga memperkuat dukungan infrastruktur untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik. Saat ini, BYD telah memiliki 53 diler resmi serta 5 showroom Denza di Indonesia. Seluruh jaringan tersebut dilengkapi dengan fasilitas pengisian daya listrik, baik AC maupun DC fast charging.

Eagle menyebutkan bahwa salah satu jaringan diler bahkan dirancang untuk memiliki 60 unit super mega charger dengan kapasitas 180 kW. “Kita memiliki 53 diler BYD dan 5 showroom Denza, itu semuanya difasilitasi oleh charging station AC dan DC untuk fast charging. Salah satu diler kami juga akan memfasilitasi atau memiliki 60 super mega charger di dilernya secara nasional, 180 kW,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa kendaraan listrik sebaiknya dilihat sebagai bagian dari ekosistem yang lebih luas, bukan hanya sebagai produk tunggal. Ekosistem ini mencakup ketersediaan infrastruktur dan dukungan dari berbagai pihak.

“Kendaraan elektrifikasi harus dilihat dari sudut pandang ekosistem, tidak bisa dilihat hanya dari kendaraannya itu sendiri,” tutur Eagle.

Sebagai informasi tambahan, BYD baru saja mencapai tonggak produksi 13 juta unit kendaraan listrik secara global. Pencapaian ini memperkuat posisi perusahaan dalam industri kendaraan listrik, termasuk di segmen pasar mobil bekas. 

“Bulan ini, kami sudah meluncurkan produksi yang ke-13 juta unit secara global. BYD sangat percaya diri akan menjadi pemeran utama dalam industri kendaraan mobil seken,” pungkasnya.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#mobil listrik

Index

Berita Lainnya

Index