Listrik Indonesia | PT PLN (Persero) menyambut positif kehadiran fasilitas baru milik Maschinenfabrik Reinhausen (MR) di Indonesia. Peresmian fasilitas perakitan dan kantor perwakilan MR di kawasan Taman Tekno BSD City dinilai menjadi tonggak penting dalam memperkuat kolaborasi antara produsen teknologi On Load Tap Changer (OLTC) asal Jerman itu dengan ekosistem ketenagalistrikan nasional.
Eko Yudo Pramono, Executive Vice President Transmisi Sumatra dan JAMALI PLN, mengungkapkan bahwa kehadiran fasilitas perakitan MR merupakan langkah strategis yang sangat dinantikan PLN. "Kami sudah bermitra dengan MR selama puluhan tahun. Ribuan unit OLTC mereka telah digunakan dalam sistem ketenagalistrikan kita. Tapi selama ini belum ada pabriknya di Indonesia, sehingga proses after-sales seringkali tidak secepat yang kita harapkan," jelas Eko.
Dengan berdirinya fasilitas perakitan ini, PLN optimistis pelayanan purnajual akan meningkat signifikan, sekaligus memperkuat efisiensi operasional transmisi nasional.
Namun bagi Eko, kehadiran MR di Indonesia bukan semata-mata soal membangun kantor atau fasilitas produksi. Ia melihat peluang yang lebih besar: transformasi kolaborasi industri dari sekadar hubungan penjual-pembeli menjadi kemitraan strategis jangka panjang yang berdampak pada banyak sektor.
"Kita ingin kolaborasi ini bukan hanya soal membeli barang atau jasa, tapi juga soal membangun pengetahuan bersama, berbagi teknologi, hingga membentuk generasi muda yang unggul di bidang kelistrikan dan rekayasa industri," ujarnya kepada Listrik Indonesia di sela-sela acara. Selasa, (5/8/2025).
Ia bahkan membayangkan kawasan sekitar fasilitas MR bisa berkembang menjadi semacam science center, tempat edukasi dan inovasi bertemu, bukan hanya untuk pekerja teknis tapi juga pelajar, mahasiswa, dan komunitas industri nasional.
Investasi dan Transfer Teknologi
Lebih lanjut, Eko menekankan bahwa kehadiran MR secara fisik di Indonesia membuka peluang besar untuk mendongkrak investasi dan transfer teknologi. "Dengan adanya fasilitas ini, akan tercipta lapangan kerja baru, terbuka ruang-ruang kolaborasi riset, dan yang paling penting: mempercepat proses kemandirian industri nasional," tambahnya.
Eko juga menyinggung pentingnya membangun hubungan yang erat antara produsen dan pelanggan, bukan hanya dalam konteks komersial, tetapi juga dalam konteks pengembangan kompetensi dan pemanfaatan teknologi secara optimal.
“Kita tidak bisa lagi hanya menjadi pasar. Indonesia harus punya peran aktif sebagai mitra pengembangan. Ke depan, kita ingin melihat performa terbaik dari teknologi yang memang sesuai kebutuhan dan realitas sistem kelistrikan nasional,” tegasnya.
Menurut Eko, transformasi industri ketenagalistrikan tidak bisa dilakukan secara linier. Dibutuhkan pendekatan baru yang kolaboratif, adaptif, dan terbuka terhadap perubahan.
"Kita butuh perubahan yang baik. Kita butuh platform riset yang kuat, robotika yang mumpuni, dan talenta muda yang bisa menjawab tantangan zaman. Kehadiran MR bisa menjadi pemicu penting dalam proses itu semua," tuturnya.
Di akhir wawancaranya, Eko menegaskan bahwa kolaborasi semacam ini harus dimaknai sebagai investasi jangka panjang untuk masa depan industri kelistrikan nasional. “Kalau kita ingin punya kualitas, ya kita harus bangun pondasinya bersama. Dan hari ini, MR sudah menunjukkan niat baik itu. Sekarang tugas kita menjaganya dan membawanya ke level yang lebih tinggi.”
.jpg)
