SETC Desak Pemimpin ASEAN Wujudkan Transisi Energi yang Kompetitif dan Inklusif

SETC Desak Pemimpin ASEAN Wujudkan Transisi Energi yang Kompetitif dan Inklusif
SETC menyerukan pemimpin ASEAN agar menjadikan transisi energi sebagai agenda ekonomi dan sosial utama di KTT ASEAN 2025 demi daya saing dan keberlanjutan kawasan.

Listrik Indonesia — Jaringan kolaboratif energi transisi Asia Tenggara, Southeast Asia Energy Transition Collaborative Network (SETC), menyerukan para pemimpin ASEAN untuk memperkuat hasil 43rd ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) menjadi aksi nyata dan siap investasi menjelang KTT ASEAN 2025.

Dalam pernyataannya, SETC menegaskan perlunya mempercepat langkah dari sekadar konektivitas energi menuju daya saing ekonomi dan sosial kawasan. Seruan ini muncul setelah hasil positif AMEM di bawah Kepemimpinan Malaysia dengan tema “Powering ASEAN: Bridging Boundaries, Building Prosperity.”

Pertemuan tersebut menghasilkan sejumlah pencapaian penting seperti ASEAN Power Grid (APG) Enhanced MoU, peluncuran APG Financing Initiative (APGF) bersama Asian Development Bank dan World Bank, serta penyelesaian ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC) 2026–2030 yang menargetkan 45% kapasitas energi terbarukan dan penurunan intensitas energi sebesar 40% pada 2030.

Transformasi Energi ASEAN: Dari Konektivitas ke Kompetitivitas

SETC menyambut baik langkah-langkah ini, namun menilai ASEAN perlu beralih dari infrastruktur fisik menuju transformasi kebijakan dan ekonomi yang nyata.

Marlistya Citraningrum, Interim Head of SETC Secretariat, mengatakan, AMEM telah menunjukkan bahwa ASEAN mampu menghadirkan kerangka kerja seperti grid listrik dan inisiatif pembiayaan, tetapi tahap selanjutnya harus menghadirkan transformasi.

“Transisi energi tidak boleh sekadar agenda teknis, tetapi harus menjadi narasi ekonomi dan sosial baru: bagaimana ASEAN menciptakan lapangan kerja, menarik investasi, dan menjaga kedaulatan energi di tengah dunia yang penuh ketidakpastian,” ujar Marlistya.

Senada, Dr. Nora Yusma Yusoff, Direktur Institute of Energy Policy and Research (IEPRe) UNITEN Malaysia, menyebut kepemimpinan Malaysia berhasil memperkuat kerja sama lintas batas di bidang energi. “Langkah berikutnya adalah memastikan kerangka kerja ini menarik investasi nyata dan menciptakan peluang industri di kawasan,” ujarnya. “Transisi energi harus menjadi mesin daya saing baru ASEAN.”

Agenda SEA-ETI: Rencana Konkret Transformasi Energi

SETC juga mengembangkan Southeast Asia Energy Transformation Initiative (SEA-ETI), sebuah kerangka kebijakan regional untuk mempercepat transisi energi bersih, memperluas kapasitas manufaktur hijau, dan memperkuat pembiayaan berkelanjutan.

Kerangka SEA-ETI berfokus pada empat pilar utama:

  • Akselerasi energi bersih dan integrasi jaringan.
  • Menjadikan Asia Tenggara sebagai pusat manufaktur dan perdagangan energi hijau.
  • Memperkuat mekanisme pembiayaan dan investasi hijau.
  • Meningkatkan koordinasi kebijakan dan pengembangan tenaga kerja hijau.

Dengan permintaan energi di Asia Tenggara yang terus tumbuh 3–4% per tahun dan 80% pasokan masih bergantung pada bahan bakar fosil, SETC menilai tantangan utama kawasan bukan pada ambisi, tetapi implementasi yang terfragmentasi.

 

Lima Langkah Strategis yang Didorong SETC untuk KTT ASEAN 2025

  • Meluncurkan ASEAN Green Investment Platform 2026, guna menghubungkan proyek energi bersih dengan pembiayaan berkelanjutan sesuai ASEAN Green Taxonomy.
  • Membentuk ASEAN Just Energy Transition Partnership (ASEAN-JETP) untuk mempercepat penghentian batu bara dan pengembangan energi terbarukan.
  • Mempercepat ASEAN Power Grid dan Submarine Cable Framework agar perdagangan listrik lintas negara bisa terealisasi secara multilateral.
  • Membangun ASEAN Clean Energy Workforce Initiative untuk memperkuat kesiapan industri dan SDM energi bersih.
  • Menginstitusikan Green Transition Flagship Agenda untuk menjamin kesinambungan kebijakan lintas kepemimpinan tahunan.

 

Membangun ASEAN yang Inklusif dan Kompetitif

Sejak berdiri pada Agustus 2024, SETC telah aktif berkolaborasi dengan perwakilan ASEAN di berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura. Melalui dialog dan riset bersama, SETC berkomitmen memperkuat kerja sama kebijakan, investasi, dan kapasitas lokal agar transisi energi ASEAN berjalan adil, inklusif, dan kompetitif.

“Kekuatan kawasan ini terletak pada keberagaman sumber daya dan ekonominya,” tutur Citraningrum. “Untuk menjadikan transisi energi inklusif, ASEAN tidak hanya memerlukan megawatt, tetapi juga mekanisme yang memungkinkan komunitas, UMKM, dan perempuan berpartisipasi serta mendapatkan manfaat.”

KTT ASEAN 2025 di bawah Kepemimpinan Malaysia diharapkan menjadi momentum penting untuk menyatukan agenda energi, ekonomi, dan kesetaraan, serta mengadopsi rekomendasi SEA-ETI sebagai bagian dari Prioritas Ekonomi ASEAN.

Langkah ini diharapkan menjadi sinyal kuat bahwa masa depan energi Asia Tenggara akan dibangun melalui koordinasi regional, investasi hijau, dan prinsip transisi yang adil. (*)

 

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#ASEAN Summit 2025

Index

Berita Lainnya

Index