Pendapatan PGEO Naik, Namun Tertekan Biaya Produksi

Pendapatan PGEO Naik, Namun Tertekan Biaya Produksi
Pembangkit Geothermal. (Dok: @pge.pertamina)

Listrik Indonesia | PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mencatat peningkatan pendapatan hingga kuartal III tahun 2025. Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan perusahaan naik menjadi US$ 318,88 juta, dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar US$ 306,02 juta.

Meski pendapatan meningkat, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk justru menurun. Hingga akhir September 2025, PGEO membukukan laba sebesar US$ 104,2 juta, atau turun 22,1% dibandingkan kuartal III 2024 yang mencapai US$ 133,9 juta.

Penurunan laba tersebut dipengaruhi oleh naiknya beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya menjadi US$ 140,21 juta, dari sebelumnya US$ 120,01 juta pada periode yang sama tahun lalu. Akibatnya, laba kotor PGEO menurun menjadi US$ 178,6 juta, dibandingkan US$ 186,0 juta pada kuartal III 2024.

Selain itu, beban umum dan administrasi juga mengalami kenaikan menjadi US$ 21,1 juta, dari US$ 15,0 juta pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, pendapatan lain-lain bersih meningkat menjadi US$ 1,1 juta. Setelah memperhitungkan pos-pos tersebut, laba usaha PGEO tercatat sebesar US$ 158,5 juta, lebih rendah dari US$ 171,7 juta pada periode sebelumnya.

Faktor lain yang turut menekan kinerja laba adalah penurunan pendapatan keuangan menjadi US$ 22,04 juta, serta rugi selisih kurs sebesar US$ 10,2 juta. Setelah dikurangi bagian laba dari ventura bersama dan beban keuangan, laba sebelum pajak penghasilan turun menjadi US$ 147,5 juta, dari US$ 193,2 juta tahun sebelumnya.

Adapun beban pajak penghasilan menurun menjadi US$ 43,2 juta, sejalan dengan penurunan laba. Dengan demikian, laba tahun berjalan hingga kuartal III 2025 tercatat sebesar US$ 104,2 juta.

Dari sisi neraca, total aset PGEO hingga akhir September 2025 juga mengalami penurunan menjadi US$ 2,96 miliar, dibandingkan akhir tahun 2024 yang sebesar US$ 2,99 miliar.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Geothermal

Index

Berita Lainnya

Index