Listrik Indonesia | PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) semakin serius menggarap energi hijau melalui pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar alternatif pembangkit listrik. Direktur Utama PLN EPI, Rakhmad Dewanto, menegaskan bahwa biomassa kini menjadi salah satu pilar penting dalam upaya mencapai target Nationally Determined Contributions (NDC) dan Net Zero Emission (NZE).
“Tahun ini kami menargetkan pemanfaatan biomassa hingga 3 juta ton. Jumlah tersebut setara sekitar 3% dari kebutuhan batu bara PLN, dan mampu menekan emisi hingga 3,3 juta ton CO?e setiap tahunnya,” ujar Rakhmad dalam Workshop bertema Bioenergi - Biomass Business Opportunity yang digelar ASPEBINDO bersama HIPMI di Ambhara Hotel, Jakarta.
PLN EPI, yang bertugas menjamin ketersediaan energi primer untuk PLN, mencatat kebutuhan pasokan batu bara pada 2025 mencapai 99,76 juta ton. Sementara itu, pasokan gas diproyeksikan sebesar 1.329 BBTUD atau hampir 40% dari kebutuhan nasional. Selain mengamankan energi fosil, perusahaan ini juga mengembangkan infrastruktur strategis seperti regasifikasi LNG dan sistem logistik BBM.
Dalam mendorong energi hijau, PLN EPI tengah membangun rantai pasok biomassa nasional. Skema ini melibatkan mitra dari berbagai daerah, dengan sistem terintegrasi mulai dari pengumpulan bahan baku, pengolahan di sub-hub, hingga pengiriman ke main hub yang dilengkapi fasilitas pencampuran dan kontrol kualitas.
Pemanfaatan biomassa di PLN dilakukan melalui program cofiring di 52 PLTU sesuai Permen ESDM No. 12/2023. Melalui metode ini, biomassa dapat dicampurkan dengan batu bara tanpa perlu membangun pembangkit baru. “Tingkat pencampuran bervariasi, mulai dari 10% untuk tipe pulverized coal hingga 70% untuk tipe stoker. Cara ini menjadi langkah cepat untuk menekan emisi,” jelas Rakhmad.
Tren pemanfaatan biomassa terus menunjukkan lonjakan. Pada 2021 baru mencapai 312 ribu ton, meningkat jadi 1,8 juta ton pada 2024, dan tahun ini ditargetkan menembus 3 juta ton. Padahal, potensi biomassa nasional mencapai 130 juta ton per tahun, yang berasal dari limbah pertanian, limbah industri, dan hutan tanaman energi.
Rakhmad menambahkan, ambisi PLN EPI tidak berhenti pada pemanfaatan biomassa untuk kelistrikan, melainkan juga merambah kebutuhan industri dan peluang ekspor. “Kami berkomitmen menjadi pionir dalam membangun ekosistem biomassa nasional,” tegasnya.
Ketua Umum ASPEBINDO sekaligus Sekjen BPP HIPMI dan Komisaris PLN EPI, Anggawira, turut menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam mempercepat transisi energi. “HIPMI siap mendukung pengembangan biomassa, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Potensinya luar biasa,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti pentingnya regenerasi kepemimpinan di dunia usaha menjelang Munas HIPMI. Menurutnya, keterlibatan generasi muda sangat dibutuhkan untuk memperkuat sektor energi baru terbarukan. “Indonesia butuh lebih banyak pengusaha tangguh untuk mengoptimalkan potensi biomassa,” tambah Anggawira.
Pemerintah sendiri menempatkan biomassa sebagai salah satu elemen strategis dalam peta jalan transisi energi menuju NZE 2060 atau lebih cepat. Target penurunan emisi nasional sebesar 358 juta ton CO?e pada 2030 dinilai realistis, mengingat sektor energi sudah berkontribusi 147 juta ton hingga 2024.
Hingga pertengahan 2025, bauran energi baru terbarukan tercatat 15,2%, dengan biomassa menjadi salah satu penyumbang utama terutama pada sektor EBT langsung (non-listrik). Selain itu, pemerintah tengah mempercepat program konversi sampah menjadi energi melalui revisi Perpres 35/2018.
