Jurus PLN IP Pastikan Keberlanjutan Produksi Panas Bumi

Jurus PLN IP Pastikan Keberlanjutan Produksi Panas Bumi
Direktur Utama PT PLN Indonesia Power Bernadus Sudarmanta saat mengunjungi PLTP Kamojang. (Foto dok: PLN IP)

Listrik Indonesia | Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam mengakselerasi pengembangan energi panas bumi sebagai bagian integral dari transisi energi. PLN Indonesia Power,  subholding dari PT PLN (Persero) yang bergerak di bidang pembangkitan listrik ini pun telah berkontribusi besar dalam pengembangan geothermal di Tanah Air.

Pemerintah berkomitmen penuh untuk mendukung sekaligus memfasilitasi kolaborasi antara berbagai pihak guna mewujudkan Indonesia sebagai “Pusat Keunggulan” di bidang panas bumi. Tak hanya itu, pengembangan energi panas bumi juga dikatakan akan berdampak nyata pada kesejahteraan rakyat dan keberlanjutan lingkungan.

PLN Indonesia Power (PLN IP) memegang peranan penting dan strategis dalam transisi energi di Indonesia. Termasuk dalam pengembangan energi panas bumi. Menurut Direktur Utama PLN Indonesia Power Bernadus Sudarmanta, saat ini pihaknya memiliki total kapasitas 577,5 MW dari PLTP (pembangkit listrik tenaga panas bumi).

Menurutnya, PLTP PLN IP tersebar di berbagai sistem kelistrikan. Di Sumatera terdapat PLTP Ulubelu dengan kapasitas 110 MW. Di Jawa-Bali terdapat tiga PLTP dengan total kapasitas 375 MW, serta di Sulutgo terdapat PLTP Lahendong (80 MW), dan di Flores terdapat PLTP Ulumbu (10 MW).  

“Kami memiliki pengalaman dalam mengoperasikan berbagai macam teknologi pembangkit seperti PLTU, PLTGU, PLTA, PLTD, PLTP, serta pembangkit renewable lainnya. Untuk mencapai operation excellence, PLN IP menerapkan  sistem manajemen yang mengacu pada standar internasional dan telah terintegrasi dalam Integrated Management System (IMS),” kata Bernadus kepada Listrik Indonesia, saat ditemui di kantornya (21/10).

Selain itu, kata Bernadus,  pihaknya telah memiliki beberapa inovasi seperti Vibration Analysis Cause and Solution Engineering Software (Vib-ACCESS), Mobile NCG Meter dalam monitoring kualitas uap panas bumi, Dynamic Absorber For Resonance Problem Solving, Geothermal Application Engineering Software (GAES) dan lain sebagainya.

“Beberapa inovasi tersebut telah mendapatkan pengakuan dari Asian Power Award dan berkontribusi dalam meningkatkan keandalan serta efisiensi pengelolaan pembangkit geothermal,” ujarnya.

Target RUPTL

Ketika pemerintah telah menetapkan target Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 dengan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) sebesar 70 persen, dimana 5,2 GW adalah akan diperoleh dari energi panas bumi, PLN IP menyambutnya dengan optimistis. Bernadus mengatakan bahwa RUPTL 2025-2034 tentu telah melalui kajian mendalam antara pemerintah dan PLN serta mempertimbangkan masukan dari berbagai lembaga terkait.

“Porsi EBT cukup besar dan ini langkah kongkret pemerintah dalam meningkatkan porsi kapasitas pembangkit EBT. Kalau dilihat kita memiliki potensi EBT yang melimpah khususnya geothermal,” tegasnya.

Berdasarkan informasi dari Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi sumber daya panas bumi sebesar 23.724 MW. Namun baru sekitar 10 persen yang dimanfaatkan. “Tentu apa yang telah ditargetkan dalam RUPTL tentu sangat positif sekali dalam mengoptimalkan potensi panas bumi. Sehingga tidak hanya mengoptimalkan sumber daya yang ada namun juga mendukung transisi energi selaras dengan target Net Zero Emission (NZE),” kata Bernadus.

Langkah nyata pun dicatat PLN IP dalam memastikan proyek geothermal tetap kompetitif di tengah tantangan biaya investasi yang besar. Bernadus mengakui bahwa proyek pengembangan geothermal memiliki tantangan yang cukup besar seperti risiko eksplorasi yang tinggi, capital expenditure yang tinggi dan isu lingkungan sosial.

Menurutnya, pengembangan geothermal sendiri secara umum dibagi menjadi tiga fase; yaitu fase feasibility study dan eksplorasi, fase konstruksi, dan fase operasi. “Untuk fase eksplorasi kami akan berkolaborasi dengan mitra yang tentu telah memiliki pengetahuan dan pengamanan dalam proses tersebut serta telah memiliki WKP,” ujarnya. Menurutnya untuk menjadi kompetitif pihaknya perlu meminimalisasi risiko kegagalan dalam eksplorasi. “Hal ini sangat penting mengingat keberhasilan eksplorasi menjadi hal yang krusial dalam pengembangan geothermal,” tegasnya.

Makanya, PLN IP terus berupaya memastikan keberlanjutan sumber daya panas bumi agar tetap produktif dalam jangka panjang. Untuk memastikan sumber daya panas bumi (geothermal) tetap produktif dan berkelanjutan, pengelola WKP harus menerapkan strategi komprehensif yang dikenal sebagai Manajemen Reservoir Panas Bumi (Geothermal Reservoir Management).

“Hal ini penting untuk menyeimbangkan laju produksi energi dengan kemampuan reservoir dalam memulihkan panas dan tekanan. Dengan begitu sumber daya dapat dimanfaatkan selama puluhan tahun terbukti di PLTP Kamojang sudah beroperasi lebih dari 40 tahun,” kata Bernadus.

Sementara di sisi hilir atau pengelola pembangkit, menurutnya, harus terus meningkatkan keandalan dan efisiensi untuk memperoleh performa yang baik pada semua peralatan di pembangkit sehingga lifetime peralatan dapat beroperasi dengan waktu yang lama. Dan itu sudah dibuktikan dari pengoperasian PLTP Kamojang.

 

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#PLN IP

Index

Berita Lainnya

Index