Current Date: Selasa, 25 November 2025

Arcandra Tahar Ungkap DME Boros Air dan Tak Komersial

Arcandra Tahar Ungkap DME Boros Air dan Tak Komersial
Arcandra Tahar

Listrik Indonesia | Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ke-18 Arcandra Tahar membeberkan tantangan besar dalam proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME). 

Proyek yang diharapkan mampu memperkecil ketergantungan impor LPG ini disebut membutuhkan air dalam jumlah besar dalam prosesnya. 

“Kita butuh air yang banyak, kita injekkan, menjadi CO, karbon monoksida, tambah hidrogen. Itu namanya syngas, dari syngas itu bisa turun jadi sintetik top foil, bisa menjadi LPG, sintetik, dll,” ucapnya dalam salah satu podcast YouTube dikutip, Kamis (23/10/2025). 

Menurut Arcandra, seberapa pun jumlah DME yang ingin diproduksi, maka jumlah air yang dibutuhkan akan lebih besar. 

“Sehingga di Amerika, teknologi ini juga dibawa ke Amerika, itu ada negara bagian yang para senatornya bilang, jangan di sini, nanti lake (danau) saya kering,” lanjutnya. 

Pasalnya, pada rantai karbon, batu bara dalam proses ini butuh suplai H?O — air yang terus-menerus. 

“Kalau kita akan bikin ini, pernah nggak kita ases kebutuhan airnya dari mana? Dan berapa besar? Ini teknikal,” tambahnya. 

Arcandra juga menyoroti keekonomian DME yang masih belum bersaing dengan LPG. Ia memaparkan, jika LPG nonsubsidi 10 kilogram saat ini dijual dengan harga sekitar Rp220 ribu, maka harga DME dengan berat ekuivalen bisa mencapai 30% lebih mahal. 

“Dia sangat mahal. Pertanyaannya, kalau gitu kita mau masuk ke arena sana atau tidak? Itu teknis visibel, yes, komersial no,” tandasnya. 

Ketika ditanya lebih lanjut mengenai urgensi DME yang kini terus digencarkan padahal di satu sisi harganya lebih tinggi, Arcandra menjawab singkat. 

“Mungkin ditanyakan pada yang mengkampanyekan,” tutupnya.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Arcandra Tahar

Index

Berita Lainnya

Index