Listrik Indonesia | Rencana pemerintah untuk menambah kapasitas pembangkit baru harusnya menjadi angin segar bagi pabrikan lokal di industri ketenagalistrikan. Tapi apa lacur, wacana pembangunan pembangkit baru sebesar 100 GW justru memberikan rasa was-was, bagi pabrikan lokal.
Salah satunya adalah PT Java Pratama Energi (JPE), perusahaan manufaktur turbin untuk pembangkit hydropower dan geothermal. CEO Java Pratama Energi, Lukman Santoso, mengatakan bahwa pihaknya siap mendukung proses akselerasi transisi energi dalam rangka mencapai target NZE (net zero emission) 2060.
“Kami berkeinginan untuk berpartisiapasi dalam program ini melalui produk kami, karena ini sesuai dengan tagline kami renewable energy and energy conservation solution. Jadi perusahaan kami memang memfokuskan di bidang energi khususnya EBT,” jelas Lukman kepada Listrik Indonesia.
Lukman mengatakan bahwa kehadiran PT Java Energi Pratama sekaligus menjawab keraguan banyak orang yang mengatakan bahwa Indonesia tidak memiliki manufaktur turbin.
“Di sektor hydropower kami memanufaktur turbin sejak 2014. Ini juga mungkin menjawab pertanyaan yang mengatakan di Indonesia belum ada pabrikan turbin. Jawabnya ada dan banyak,” tegasnya.
Untuk hydropower, PT JPE memproduksi turbin; francis, kaplan, dan pelton. Selain membuat turbin baru JPE juga melakukan rehabilitasi, modernisasi, optimasi, dan uprating pada pembangkit lama yang sudah mengalami penurunan kinerja.
Selaku pabrikan turbin sekaligus pelaku industri, Lukman membutuhkan satu ekosistem yang mendukung industri. Lukman ingin industri-industri di hulu bisa tumbuh.
“Bagaimana caranya industri lokal dapat bahan baku dengan harga kompetitif dan tidak tergantung pada impor. Sebab untuk satu turbin saja, banyak komponen impornya,” terangnya.
Kata Lukman, terkait produksi turbin untuk hydropower, PT JPE memproduksi turbin sampai dengan kapasitas 5 MW per unit. Sementara untuk geothermal dibatasi sampai 1 MW per unit dan menyesuaikan ketersediaan pasar yang dibidik.
