Listrik Indonesia | Pemerintah Indonesia berencana mengembalikan hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME), yang diharapkan bakal menekan impor gas LPG yang terus meningkat.
Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk, Niko Chandra, menyatakan bahwa perusahaan siap menjalankan hilirisasi batu bara menjadi DME jika mendapat penugasan dari pemerintah.
Jika berkaca ke Cina, lanjut Niko, hilirisasi yang berhasil dilakukan sangat erat kaitannya dengan intervensi pemerintah, termasuk dalam bentuk dukungan fiskal dan penugasan langsung.
Penugasan tersebut amat penting bagi PT BA seperti halnya menjamin ketersediaan pasar.
Pasalnya, tanpa penugasan yang jelas, pengembangan DME akan mengalami tantangan berat dalam menghadapi LPG 3 kg yang didukung oleh subsidi Pemerintah.
”DME menggantikan LPG ini kan nantinya, khususnya, apalagi untuk subsidi LPG yang ke tiga kilo kan teman-teman ya. Ini kan ujungnya untuk publik yang mana,” ujar Niko kepada Media di Bogor, Jumat (29/11/2024).
Sebelumya, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo mengatakan bahwa hilirisasi batu bara menjadi DME sebetulnya tidak menguntungkan.
"Tapi kalo ini (DME) udah lebih mahal ya buat apa kita terusin," katanya, dalam gelaran Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah Jakarta, Selasa (15/10/2024).
"Kita (tetap) punya program hilirisasi untuk batu bara (tapi) bukan dalam konteks DME. Kita bukan arah ke sana tapi kembali lagi hilirisasinya untuk mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik," tambah Dilo.
Hilirisasi batu bara ke DME kembali mengudara setelah Presiden Prabowo Subianto menugaskan hal tersebut dalam Rapat Terbatas (Ratas) proyek strategis nasional (PSN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (26/11/2024).
”Beliau minta supaya DME dicarikan investor dan juga mitra,” ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto ke pada awak media.
Hal ini juga diperkuat oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia dalam paparannya di Minerba Expo yang di Balai Kartini Jakarta, Senin (25/11/2024).
”LPG kita, kita import satu tahun Itu 6 juta ton, Konsumsi LPG kita 8 juta ton per tahun, (produksi) Industri dalam negeri LPG kita itu hanya 1,6 sampai 1,8 juta ton sisanya import. Kita mau bikin gas, gasnya harus C3-C4 dan di Indonesia itu sedikit. Maka kemudian kita dorong untuk DME,” tegas Bahlil. (KDR)