Menteri ESDM Baku Mulut dengan Warga Soal Gas Elpiji 3 kg

Menteri ESDM Baku Mulut dengan Warga Soal Gas Elpiji 3 kg
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Saat Memantau Pangkalan Gas Elpiji 3 kg di Tangerang

Listrik Indonesia | Ratusan warga mengeluhkan kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg subsidi selama hampir dua pekan terakhir. Antrean panjang di sejumlah lokasi distribusi gas tak kunjung usai, sementara kebutuhan harian masyarakat untuk memasak hingga berjualan terus mendesak. 

“Kami sudah antre sejak subuh, tapi gasnya tetap habis. Pejabat seharusnya memihak rakyat, bukan malah mempersulit,” ujar salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya, di salah satu pangkalan Tangerang. Selasa (4/1).

Pemerintah mencatat alokasi subsidi gas 3 kg mencapai Rp7 triliun per tahun, ditujukan untuk membantu masyarakat kecil. Namun, dalam praktiknya, warga menilai distribusi tidak merata. Banyak yang curiga gas subsidi justru dialihkan ke industri atau dioplos dengan tabung nonsubsidi. “Kami dengar harganya bisa naik Rp5.000–20.000 per tabung karena oknum nakal. Ini tidak adil!” protes warga.

Menanggapi hal ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengaku sedang melakukan penataan ulang sistem distribusi. “Mulai hari ini, kami aktifkan sub-agen dari pangkalan gas resmi agar lebih dekat dengan warga. Harga tetap kami kendalikan di Rp19.100–Rp20.000 per tabung,” jelas Bahlil dalam dialog dengan warga.

Meski kebijakan baru diharapkan mempercepat distribusi, warga mempertanyakan transparansi syarat kepemilikan. “Kalau disuruh jadi sub-agen, apa persyaratannya? KTP kami adalah data privasi,” tanya seorang bapak yang khawatir data pribadi disalahgunakan. Pemerintah menegaskan, aturan ini bertujuan memastikan subsidi tepat sasaran dan mengantisipasi penimbunan.

Di sisi lain, masyarakat menuntut tindakan tegas terhadap oknum nakal. “Kalau ada yang menimbun atau mengurangi isi tabung, pemerintah punya alat hukum untuk bertindak. Jangan rakyat kecil yang terus dikorbankan,” tegas warga.

Kelangkaan gas subsidi bukan hanya soal antrean, tetapi juga menyangkut hajat hidup warga. “Saya sedang masak untuk anak-anak yang lapar. Gas habis, bagaimana kami makan?” keluhnya sambil menahan emosi. Bagi pedagang, kelangkaan gas berarti ancaman bagi usaha mereka. “Dapur harus jalan. Kami jualan untuk hidup, bukan sekadar hobi,” tambahnya.

Pemerintah berjanji mengawal distribusi dan menjamin tidak akan ada kelangkaan. Namun, warga meminta komitmen itu dibuktikan dengan aksi nyata. “Pakai akal sehat, jangan teori saja. Rakyat butuh keadilan, bukan janji,” tandas seorang warga.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#subsidi LPG

Index

Berita Lainnya

Index