Listrik Indonesia | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa pemerintah tengah mempertimbangkan untuk menambah impor minyak dan LPG dari Amerika Serikat. Langkah ini merupakan bagian dari strategi negosiasi tarif resiprokal dalam hubungan dagang antara Indonesia dan AS.
Menurut Bahlil, neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat saat ini menunjukkan surplus yang cukup besar, yakni mencapai US$14–15 miliar atau sekitar Rp237–254 triliun. Pemerintah pun melihat perlunya upaya untuk menyeimbangkan angka tersebut.
"Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan agar dilakukan identifikasi terhadap komoditas yang dapat dibeli dari Amerika Serikat. Salah satunya adalah sektor energi," ujar Bahlil saat memberikan keterangan kepada media. Kamis, (10/4/2025).
Saat ini, sekitar 54 persen dari total impor LPG Indonesia sudah berasal dari Negeri Paman Sam. Namun, pemerintah masih mengkaji kelayakan ekonomi dari penambahan volume impor tersebut. Bahlil mengakui bahwa meski impor LPG dari AS sudah cukup signifikan, potensi peningkatan impor minyak juga sedang dikaji.
"Memang, 54 persen impor LPG kita sudah berasal dari Amerika. Tapi kita juga tahu bahwa kebutuhan minyak kita masih tinggi. Ini yang sedang kami evaluasi untuk menjadi salah satu opsi pembelian energi dari negara lain seperti kawasan Timur Tengah dan Afrika," jelasnya.
- Baca Juga Negosiasi Impor Energi Masih Buntu
Kajian ini bukan hanya mempertimbangkan harga, tetapi juga mempertimbangkan stabilitas pasokan, kerja sama jangka panjang, serta dampaknya terhadap neraca perdagangan nasional. Pemerintah berharap langkah ini bisa memberikan manfaat strategis bagi kedua negara, sekaligus memperkuat hubungan dagang bilateral melalui pendekatan yang lebih seimbang dan saling menguntungkan.
