Sustainability Jadi Fokus PDC dalam Proyek-Proyek Konstruksi

Sustainability Jadi Fokus PDC dalam Proyek-Proyek Konstruksi
Dok: PDC

PT Patra Drilling Contractor (PDC), bekerja sama dengan PT Pertamina Drilling Services Indonesia (Pertamina Drilling) dan holding PT Pertamina (Persero), mengadakan workshop bertajuk ESG Integration in Construction: Building Sustainable Infrastructure for Net Zero Future pada Kamis, 31 Juli 2025, di Townhall, Ground Floor, PDC Tower, Jakarta.

Kegiatan ini dihadiri puluhan perwakilan dari berbagai Subholding Pertamina, seperti Hulu, Gas, Komersial dan Perdagangan, Listrik dan Energi Terbarukan, Kilang dan Petrokimia, serta Pengapalan. Fokus workshop adalah membahas praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam konteks proyek konstruksi.

Direktur Utama PDC, Faried Dozyn Iskandar, menyampaikan pentingnya penerapan prinsip ESG tidak hanya di aspek lingkungan, tetapi juga di dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Ia menekankan peran Pertamina sebagai perusahaan energi dan infrastruktur yang memiliki tanggung jawab terhadap keberlanjutan pembangunan.

“Dengan menerapkan prinsip-prinsip ESG dalam konstruksi, Pertamina menunjukkan komitmennya untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan dan bertanggung jawab, serta memberikan kontribusi positif bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar Faried.

Ia juga menambahkan bahwa pembangunan infrastruktur seperti kilang minyak, petrokimia, serta proyek-proyek energi baru dan terbarukan, harus berjalan sejalan dengan upaya menjaga ketahanan energi dan mendukung transisi energi nasional. Menurutnya, workshop ini dapat menjadi wadah kolaboratif antaranak perusahaan Pertamina dalam memperkuat implementasi ESG.

Senada dengan hal tersebut, VP Sustainability Strategy Pertamina Holding, Suripno, menekankan bahwa aspek keberlanjutan saat ini telah menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Dalam pemaparannya berjudul Sustainable Construction Pathways: ESG Integration from Policy to Practice, ia menggarisbawahi bahwa penerapan ESG ke depan akan semakin menjadi bagian dari persyaratan bisnis.

“Semua requirement-nya akan semakin ditanyakan, mulai dari sejak desain, konstruksi, sampai dengan operasional,” jelas Suripno.

Ia juga menjelaskan bahwa aspek desain proyek ke depan kemungkinan akan mempertimbangkan analisis siklus hidup (Life Cycle Analysis) dari tiap material. Sedangkan pada tahap konstruksi dan operasional, keterlibatan kontraktor dan mitra kerja dalam penerapan ESG menjadi perhatian. Oleh karena itu, ia menyarankan agar pendekatan green procurement dilakukan sejak awal proses.

“Jadi lebih dari dampak ESG terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi, pandangan orang itu sudah sampai ke aspek People, Planet, dan Profit. Pendekatannya sudah sampai ke bagaimana mengkapitalisasi aspek-aspek ESG,” tambahnya.

Di akhir sesi, Suripno menampilkan sejumlah proyek konstruksi Pertamina yang telah menerapkan prinsip-prinsip ESG. Ia menyebut bahwa inisiatif ini dapat dikembangkan lebih lanjut pada proyek-proyek mendatang, baik yang bersifat pendukung maupun yang berkaitan langsung dengan sektor migas, dari produksi hingga distribusi.

Workshop ini juga menghadirkan narasumber lain, seperti Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Boby Ali Azhari, serta Ketua QHSE BUMN Konstruksi, Subkhan, yang turut memberikan pandangan terkait penerapan ESG dalam sektor konstruksi nasional.


 

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Pertamina

Index

Berita Lainnya

Index