Listrik Indonesia | Komposisi investasi nasional mengalami perubahan penting pada paruh pertama tahun ini. Untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir, realisasi investasi di luar Pulau Jawa kembali melampaui Pulau Jawa, menunjukkan arah baru dalam pemerataan pembangunan ekonomi nasional.
Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, sepanjang Januari hingga Juni 2025, nilai investasi yang masuk ke luar Jawa mencapai Rp476 triliun atau setara 50,5 persen dari total investasi nasional sebesar Rp942,9 triliun. Sementara itu, investasi yang terserap di Pulau Jawa tercatat sebesar Rp466,9 triliun atau 49,2 persen.
Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala BKPM, Rosan Roeslani, menyebut capaian ini sebagai indikator positif dari strategi nasional dalam mendistribusikan investasi secara lebih merata ke seluruh wilayah Indonesia.
Menurut Rosan, pergeseran ini menunjukkan bahwa pusat pertumbuhan ekonomi perlahan mulai bergerak keluar dari Pulau Jawa yang selama ini menjadi sentra utama. Pemerintah, kata dia, akan terus mendorong pengembangan kawasan industri dan pembangunan infrastruktur penunjang di luar Jawa agar tren ini berlanjut.
Secara geografis, Sulawesi Tengah menjadi provinsi dengan realisasi investasi tertinggi di luar Jawa, yakni sebesar Rp63,1 triliun. Diikuti Maluku Utara dengan Rp59,5 triliun, dan Kalimantan Timur sebesar Rp55,7 triliun. Ketiganya merupakan wilayah yang selama ini dikenal sebagai pusat pengembangan industri hilirisasi mineral seperti nikel, serta pengembangan energi dan kawasan industri terpadu.
Di Pulau Jawa, provinsi yang paling banyak menyerap investasi adalah Jawa Barat dengan total Rp101,7 triliun, disusul DKI Jakarta sebesar Rp68,1 triliun dan Jawa Timur sebesar Rp64,2 triliun. Namun, secara keseluruhan, akumulasi investasi yang masuk ke Pulau Jawa masih lebih rendah dibandingkan total wilayah di luar Jawa.
Rosan menjelaskan, bergesernya arus investasi ini tidak terlepas dari upaya pemerintah membangun infrastruktur pendukung dan menciptakan iklim usaha yang kondusif. Program strategis nasional dan kebijakan insentif juga dinilai berperan besar dalam meningkatkan minat investor ke luar Jawa.
Tren ini semakin kuat karena didorong oleh masuknya Penanaman Modal Asing (PMA), yang kini lebih banyak mengalir ke wilayah luar Jawa. Dari total realisasi PMA sebesar Rp498 triliun selama Januari–Juni 2025, sekitar 65 persen di antaranya ditanamkan di luar Jawa.
Investor asing semakin banyak menanamkan modal di sektor-sektor seperti hilirisasi, logistik, energi terbarukan, dan kawasan industri terpadu, khususnya di Indonesia bagian timur. Adapun lima negara asal investasi terbesar pada periode ini adalah Singapura (Rp97,2 triliun), Tiongkok (Rp66,8 triliun), Hong Kong (Rp44,9 triliun), Jepang (Rp35,9 triliun), dan Malaysia (Rp19,6 triliun).
Melihat perkembangan ini, Rosan optimistis pemerataan investasi akan semakin menguat dalam beberapa tahun ke depan. Pemerintah menargetkan kontribusi investasi luar Jawa bisa meningkat menjadi 55 persen dari total nasional pada tahun 2027.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah akan terus memperluas pengembangan kawasan industri, memberikan insentif fiskal, serta mempercepat pembangunan proyek-proyek strategis nasional di luar Jawa.
Arah Baru Investasi, Luar Jawa Lebih Dilirik
Ilustrasi Investor Menggeser Investasinya ke Luar Jawa
.jpg)
