Current Date: Selasa, 25 November 2025

Impor Panel Surya China Bikin Produk Lokal Gigit Jari

Impor Panel Surya China Bikin Produk Lokal Gigit Jari
Ilustrasi Pabrik Panel Surya di China

Listrik Indonesia | Impor panel surya asal China kian deras membanjiri pasar Indonesia. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran pelaku industri dalam negeri karena dianggap berpotensi melemahkan daya saing dan menghambat pertumbuhan manufaktur lokal.

Ketua Umum Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia (APAMSI), I Made Sandika Dwiantara, mengatakan masuknya produk impor dengan harga murah memicu keresahan di kalangan produsen nasional. Meski demikian, ia mengapresiasi langkah pemerintah yang telah menyiapkan regulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebagai pagar proteksi bagi industri lokal.

Ia menegaskan kolaborasi dengan produsen China tetap dibutuhkan, namun harus mengedepankan budaya lokal melalui penerapan TKDN. Dengan begitu, industri panel surya dalam negeri bisa tumbuh beriringan tanpa tergerus produk impor murah.

Industri Panel Surya Lokal Makin Kompetitif

Sandika menuturkan, industri panel surya di Indonesia sebenarnya sudah cukup kompetitif. Pabrikan dalam negeri mampu mengikuti perkembangan teknologi terbaru seperti Topcon dan HJT (Heterojunction) dengan tingkat efisiensi di atas 23 persen.

Selain itu, potensi Indonesia dalam pengembangan energi surya sangat besar karena letaknya di garis khatulistiwa yang membuat paparan sinar matahari melimpah sepanjang tahun.

Dominasi China di Rantai Pasok

Saat ini, sekitar 80–90 persen rantai pasok modul surya global masih didominasi China. Kondisi itu membuat produsen Tiongkok menjadi penggerak utama pasar. Meski begitu, peluang kerja sama tetap terbuka, asalkan keberadaan produk asing tidak mematikan produsen lokal.

Energi surya dipandang sebagai salah satu tulang punggung transisi energi di Indonesia. Potensinya bahkan mencapai 3 terawatt, namun pemanfaatannya masih jauh tertinggal, belum menyentuh angka 1 gigawatt.

Tantangan terbesar menurut APAMSI adalah keberpihakan kebijakan. Regulasi dan implementasi di lapangan dinilai perlu lebih sinkron agar industri panel surya dalam negeri bisa berkembang sekaligus menjadi motor pemanfaatan energi bersih.

Produk Lokal Sudah Teruji

Panel surya produksi Indonesia dinilai tak kalah dari segi harga maupun teknologi. Produk lokal telah digunakan di berbagai aplikasi, mulai dari atap rumah dan bangunan (rooftop), proyek skala besar di darat (ground mounted), hingga instalasi terapung di waduk (floating solar).

Sayangnya, beberapa proyek besar, seperti PLTS Cirata, belum memanfaatkan produk lokal. Padahal, kontribusi industri dalam negeri sangat penting untuk mendukung kemandirian energi sekaligus memaksimalkan potensi energi surya yang berlimpah di tanah air.

Meski impor terus meningkat, industri lokal tetap menaruh harapan pada penerapan TKDN. Aturan ini diyakini bisa menjadi “rem” masuknya produk murah tanpa kendali. Ditambah dengan pengembangan workshop bernilai tambah hingga 20 persen, keresahan pelaku industri diharapkan bisa berkurang.

Sandika menekankan bahwa industri lokal hanya berharap diberi ruang yang adil. Dengan perlindungan regulasi dan dukungan nyata, ia optimistis manufaktur panel surya nasional bisa berkontribusi lebih besar dalam mendukung transisi energi di Indonesia.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#panel surya

Index

Berita Lainnya

Index