Listrik Indonesia | Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan besarnya potensi pasir silica yang dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai tinggi untuk mendukung hilirisasi industri nasional. Hal tersebut ia ungkapkan dalam Agenda Grafika Talkshow di Auditorium Gedung Smart and Green Learning Center, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa (04/02/2025).
“Kita memang belum memaksimalkan pasir silica, karena pasir silica potensinya menjadi luar biasa. Dia akan menjadi bahan baku untuk floating glass, solar panel cell, wafer, hingga nano chip,” ungkapnya.
Dalam upaya mendorong hilirisasi pasir silica, Airlangga mengungkapkan bahwa pemerintah menghadapi tantangan, termasuk gangguan dari NGO (Non-Governmental Organization) luar negeri. Ia menyebut bahwa beberapa NGO dari Singapura menentang pengembangan industri silica di Indonesia.
“Pada waktu kita ingin dorong industri silica itu NGO (Non-Governmental Organization) pada berteriak, NGO di Singapura dan kita diganggu. Kita mau tadinya mau merencanakan membangun terintegrasi di Kepri tapi disrupsinya juga jalan, nah ini namanya persaingan,” jelasnya.
Selain tekanan dari NGO, persaingan regional juga semakin ketat. Airlangga menyoroti bahwa ketika Indonesia mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Batam, negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia juga membangun zona ekonomi di perbatasan Singapura-Johor sebagai bentuk kompetisi.
Ia melanjutkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya mineral yang melimpah dan berperan penting dalam pasar global. Ia menyebutkan bahwa Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia dengan pangsa pasar 42 persen.
“Kita ini negara yang diridhai oleh Allah, nikel kita nomor satu, pangsa pasar 42%, timah nomor dua secara resource base, tembaga 11%, bauksit 4%, kemudian emas perak 5%. batu bara nomor 7, kemudian banyak lagi yang kita bisa nomor satu dan hampir seluruh critical mineral kita punya, kita punya mangan, kobalt, nikel, pasir silica,” jelasnya.
.jpg)
