Listrik Indonesia | Dalam beberapa tahun terakhir, energi telah menjadi solusi utama dalam mengatasi krisis energi dan perubahan iklim di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bahkan energi surya menjadi stimulus dalam memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat. Salah satu tokoh yang berperan penting dalam pengembangan energi surya di Indonesia adalah Fabby Tumiwa.
Fabby Tumiwa seorang pemerhati dan konsultan energi terbarukan yang memiliki kontribusi besar dalam mempromosikan pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia.
Ia menempuh pendidikan di Teknik Elektro Universitas Kristen Satya Wacana, melanjutkan studi Tata Kelola Industri Ekstraktif di Central European University dan mempelajari Kebijakan Energi dan Iklim di The Fletcher School, Tufts University.
Sejak masa kuliah, Fabby telah tertarik pada energi surya. Menurutnya, energi surya adalah sumber energi utama bagi bumi dan menjadi dasar untuk berbagai sumber daya energi terbarukan lainnya.
Fabby telah aktif di berbagai gerakan sosial dan jaringan regional maupun internasional, termasuk International Committee (IC) Climate Action Network International, International Committee NGO Forum on ADB, dan Koordinator Indonesia Climate Action Network (ICAN).
Fabby memiliki rekam jejak dalam kajian dan advokasi kebijakan serta regulasi energi. Ia pernah menjadi delegasi Indonesia untuk negosiasi perubahan iklim pada 2006-2017 dan anggota Kelompok Kerja Dewan Nasional Perubahan Iklim dari 2009-2014. Ia juga bertugas di Komite Pengarah Inisiatif Transparansi Industri Ekstraktif (EITI) dan menjadi anggota Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF).
Pada tahun 2006, Fabby mendirikan Institute for Essential Services Reform (IESR) dan sejak itu memimpin lembaga tersebut. Fabby juga menjadi anggota Dewan Penasihat Berkelanjutan GoJek Indonesia dan anggota Dewan Penasihat Kemitraan Transisi Energi Indonesia (ETP).
Pada tahun 2023, Fabby diangkat ke Grup Konsultatif Tingkat Tinggi (HLCG) dari Percepatan Transisi Energi, sebuah prakarsa oleh Departemen Luar Negeri AS, Yayasan Rockefeller, dan Dana Bumi Bezos.
Fabby tidak hanya berfokus pada kebijakan, tetapi juga terlibat langsung dalam pengembangan teknologi. Ia merancang dan memasang solar home system (SHS) untuk menyediakan listrik di desa dan daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).
“Saya juga belajar membuat modul surya dengan mesin rakitan dari Jepang dan sel-sel surya masih diimpor,” ungkapnya, dikutip dari Majalah Listrik Indonesia, Edisi 98.
Fabby juga aktif melatih mahasiswa menjadi desainer dan installer SHS serta melatih teknisi di desa untuk merawat dan memperbaiki SHS.
“Terakhir saya masih instalasi SHS sampai 2012. Jadi hati saya dari dulu ada di energi terbarukan, khususnya PLTS, walaupun saya juga belajar dan terlibat dalam proyek energi terbarukan lainnya,” ujarnya.
Dedikasi Fabby terhadap energi terbarukan terlihat dari komitmennya dalam berbagai proyek dan pelatihan. Peran dan pengaruhnya di berbagai organisasi serta keterlibatannya dalam proyek-proyek energi terbarukan menegaskan visinya untuk masa depan energi bersih di Indonesia.
.jpg)
