Listrik Indonesia | Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah giat memetakan wilayah-wilayah yang berpotensi mengandung logam tanah jarang (LTJ), sebagai tindak lanjut arahan Presiden RI untuk mengoptimalkan penguasaan sumber daya strategis ini di dalam negeri.
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa proses inventarisasi sudah dimulai di beberapa daerah.
“Semua wilayah sedang kami inventarisir. Saat ini, fokus ada di Bangka Belitung, Sulawesi, dan Maluku,” ujarnya saat ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (8/10/2025).
Bahlil menekankan bahwa LTJ merupakan komoditas tambang bernilai tinggi, namun pengelolaannya di Indonesia masih belum maksimal.
“Logam tanah jarang ini punya nilai ekonomi besar. Presiden mengarahkan agar pengelolaannya dikuasai negara. Kementerian ESDM sudah memetakan agar pengelolaan LTJ dilakukan oleh BUMN,” tambahnya.
Seiring dengan upaya ini, pemerintah telah membentuk Badan Industri Mineral yang akan menjadi penggerak utama pengembangan mineral, khususnya LTJ atau rare earth. Regulasi terkait pengelolaan logam tanah jarang juga tengah disiapkan melalui revisi Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Bahlil menegaskan bahwa ke depan, pengembangan produk hilir akan berada di bawah kewenangan Badan Industri Mineral, sementara Kementerian ESDM fokus menyediakan bahan baku.
“Bahan baku logam tanah jarang nantinya akan dikelola oleh negara. Pengelolaan umum tidak akan kami izinkan. Kita tunggu saja aturan resminya,” jelasnya.
Presiden Prabowo Sebut Nilai Monazit Capai Ratusan Ribu Dolar per Ton
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan temuan mineral monazit yang mengandung logam tanah jarang saat melakukan penyitaan aset enam perusahaan tambang ilegal di Bangka, kawasan PT Timah Tbk.
“Nilainya sangat besar. Satu ton monazit bisa mencapai ratusan ribu dolar,” kata Prabowo, Senin (6/10/2025).
Monazit sendiri merupakan mineral ikutan dari tambang timah, termasuk mineral fosfat yang kaya akan elemen tanah jarang seperti cerium, lantanum, dan neodymium, serta mengandung thorium. Mineral ini sangat dibutuhkan untuk teknologi canggih dan energi masa depan.
“Total limbah yang berhasil ditemukan mencapai puluhan ribu ton, mendekati 4 ribu ton,” tutup Prabowo.
