Bahlil: Setiap Tahun Rp776 Triliun Devisa Hilang untuk Impor BBM

Bahlil: Setiap Tahun Rp776 Triliun Devisa Hilang untuk Impor BBM
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia

Listrik Indonesia | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, Indonesia kehilangan devisa dalam jumlah besar setiap tahun akibat ketergantungan pada impor bahan bakar minyak (BBM). Nilainya mencapai sekitar Rp776 triliun per tahun angka yang turut menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. 

“Impor kita sekitar 900 ribu hingga 1 juta barel per hari. Dari situ, devisa yang keluar mencapai sekitar 776 triliun rupiah setiap tahun. Jadi uang kita untuk BBM ini betul-betul besar,” kata Bahlil dalam Investor Daily Summit di Jakarta, Kamis (9/10/2025). 

Ia menjelaskan, ketergantungan pada impor BBM terjadi karena produksi minyak nasional terus menurun selama lebih dari dua dekade terakhir. Pada masa jayanya sebelum krisis 1998, produksi atau lifting minyak Indonesia sempat mencapai 1,5–1,6 juta barel per hari. Kini, jumlah itu anjlok menjadi hanya sekitar 580 ribu barel per hari jauh di bawah kebutuhan domestik yang mendekati 1 juta barel per hari. 

“Sejak 2008 sampai 2024, target lifting minyak dalam APBN tidak pernah tercapai. Produksi kita terus menurun,” ujar Bahlil. 

Kondisi tersebut memaksa Indonesia menutup selisih kebutuhan dengan impor, yang pada akhirnya menggerus cadangan devisa dan memberi tekanan tambahan terhadap nilai rupiah. Karena itu, Presiden Prabowo Subianto, kata Bahlil, telah memberikan instruksi agar Indonesia bisa mencapai kemandirian energi. 

“Perintah Bapak Presiden jelas, kita harus mandiri di sektor energi agar seluruh kebutuhan dalam negeri bisa dipenuhi sendiri dan uang kita tidak perlu keluar ke luar negeri. Ini juga penting untuk menjaga stabilitas rupiah,” tegasnya. 

Tiga Langkah Kurangi Ketergantungan Impor 

Untuk menekan impor BBM, pemerintah menyiapkan strategi melalui tiga jalur utama. Pertama, mengoptimalkan produksi dari sumur-sumur tua dengan menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR). 

“Total sumur minyak kita sekitar 40 ribu, tapi yang benar-benar berproduksi hanya sekitar 16.700–17.000. Banyak di antaranya sudah tua, bahkan peninggalan era Belanda,” ungkapnya. 

Langkah kedua adalah mempercepat pengembangan wilayah kerja migas yang sudah memiliki Plan of Development (POD) namun belum beroperasi. Ketiga, mempercepat lelang wilayah kerja baru untuk eksplorasi. 

“Ada 75 wilayah kerja baru yang siap dilelang. Sebagian sudah mulai, dan pada 14 Oktober nanti saya akan menandatangani persetujuan lelangnya,” jelas Bahlil. 

Dengan serangkaian langkah itu, pemerintah menargetkan produksi minyak nasional bisa kembali meningkat ke level 900 ribu hingga 1 juta barel per hari pada 2029–2030. 

“Atas perintah Bapak Presiden, insyaallah target lifting 2025 akan tercapai sesuai yang ditetapkan dalam APBN,” ujar Bahlil optimistis.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#Bahlil Lahadalia

Index

Berita Lainnya

Index