Listrik Indonesia | Ketua Umum Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), Julfi Hadi, menilai percepatan pengembangan panas bumi nasional perlu difokuskan pada tiga aspek utama, yakni pengelolaan risiko, penurunan biaya modal, serta percepatan pengembangan proyek hingga tahap operasi. Hal tersebut disampaikan Julfi dalam Majalah Listrik Indonesia Edisi 109, dikutip pada Senin (15/12/2025).
Strategi ini dinilai penting untuk memastikan pemanfaatan panas bumi berjalan lebih efisien dan berkontribusi terhadap target energi terbarukan nasional.
Ia menjelaskan bahwa risiko eksplorasi dan pengeboran masih menjadi tantangan awal dalam pengembangan panas bumi, terutama untuk proyek-proyek baru.
“Percepatan pengembangan panas bumi menekankan tiga hal penting: manajemen risiko, penurunan biaya modal (capex), serta percepatan pengembangan proyek dan operasi,” ujar Julfi.
Menurutnya, salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah staged development atau pengembangan bertahap. Pendekatan ini dinilai mampu menurunkan risiko eksplorasi dan pengeboran sekaligus meningkatkan tingkat keberhasilan proyek. Dengan pengelolaan risiko yang lebih terukur, alokasi modal juga dapat dilakukan secara lebih optimal.
Selain aspek risiko dan biaya, Julfi menekankan pentingnya percepatan pencapaian Commercial Operation Date (COD). Ia menyebut bahwa semakin cepat proyek panas bumi beroperasi, semakin cepat pula listrik bersih dapat disalurkan ke sistem kelistrikan.
“Selain itu, melakukan percepatan dalam mencapai Commercial Operation Date (COD) untuk memastikan listrik bersih segera tersalurkan yang didukung dengan sinergi antara pemerintah, PLN dan pengembang swasta,” kata dia.
Julfi menambahkan, sinergi antarpemangku kepentingan menjadi faktor penentu agar ketiga strategi tersebut dapat berjalan secara efektif. Menurutnya, kolaborasi yang kuat antara pemerintah, PLN, dan pengembang swasta diperlukan untuk mempercepat realisasi proyek panas bumi dan mendukung agenda transisi energi nasional.

