Izin Berlapis dan Eksplorasi Mahal, Pengembangan Energi Panas Bumi Masih Jalan di Tempat

Izin Berlapis dan Eksplorasi Mahal, Pengembangan Energi Panas Bumi Masih Jalan di Tempat
PLTP Salak.

Listrik Indonesia | Wakil Ketua Komisi XII DPR RI Putri Zulkifli Hasan menyampaikan bahwa percepatan pengembangan panas bumi masih menghadapi sejumlah kendala, terutama terkait perizinan dan biaya eksplorasi. Hal tersebut ia ungkapkan usai memimpin Kunjungan Kerja Spesifik Komisi XII ke PLTP Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/11/2025). 

Ia menegaskan bahwa panas bumi tetap menjadi bagian penting dari upaya transisi menuju energi bersih nasional.

Putri menjelaskan bahwa sebagian besar potensi panas bumi berada di wilayah konservasi, yang membuat proses perizinan lebih panjang dan kompleks. Ia mencontohkan proyek eksplorasi di daerah pemilihannya, Lampung Barat, yang saat ini masih berada dalam tahap perizinan. 

“Ada eksplorasi yang sedang dilakukan di Dapil saya, di (kecamatan) Sekincau. Itu kapasitasnya juga potensinya cukup besar, sekitar 400 MW. Saat ini masih dalam tahap perizinan karena kendala dari panas bumi ini biasanya berada dalam wilayah konservasi, seperti contohnya di Gunung Salak,” ujarnya.

Menurut Putri, aspek biaya juga menjadi tantangan tersendiri. Ia menyebut bahwa proses eksplorasi panas bumi memiliki risiko tinggi sehingga membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. 

“Sehingga ada tahap perizinan yang harus dilakukan, juga untuk biayanya, risikonya itu juga cukup besar. Kita mendorong terus agar upaya ini berjalan lancar,” kata Anggota Fraksi PAN tersebut.

Lebih jauh, Putri menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi bersih dan kelestarian lingkungan, terutama pada proyek-proyek yang berada di kawasan lindung. 

“Tentu kita harus betul-betul menyeimbangkan transisi energi menuju clean energy, tahap eksplorasi, produksinya, keberlangsungan lingkungan hidupnya harus betul-betul kita perhatikan. Apalagi tadi berada di wilayah konservasi, di hutan lindung, berarti keanekaragaman satwa dan hayatinya itu betul-betul harus diperbaiki dan diperhatikan,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Putri juga mengapresiasi tata kelola lingkungan yang diterapkan oleh Star Energy Geothermal di Gunung Salak. Ia menilai praktik pengelolaan limbah di fasilitas tersebut dapat menjadi rujukan bagi pengembang panas bumi lainnya. “Tadi dari Star Energy kebetulan mereka punya sistem pengelolaan limbah yang tertutup, jadi dia zero waste. Nanti uap panas buminya itu dimasukkan lagi ke dalam pipa sehingga bisa berproduksi kembali,” pungkasnya.

Ikuti ListrikIndonesia di GoogleNews

#PLTP

Index

Berita Lainnya

Index