Listrik Indonesia | Pemerataan akses infrastruktur digital di Papua menjadi perhatian Pemerintah untuk mempercepat transformasi digital Indonesia. Kementerian Komunikasi dan Informatika menargetkan pembangunan satu unit Base Trasceiver Station (BTS) di setiap desa di Papua.
Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo, Anang Latif menegaskan Pemerintah memberikan perhatian khusus dengan membangun infrastruktur digital atau teknologi informasi dan komunikasi agar mempermudah akses masyarakat.
“Sejalan dengan arahan Bapak Presiden pada 3 Agustus 2020 lalu, salah satunya terkait dengan penyelesaian persoalan infrastruktur dengan percepatan transformasi digital,” ujarnya dalam Peresmian BTS 4G BAKTI Desa Sawyatami, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua yang berlangsung secara hibrida dari Jakarta Selatan, Selasa (07/12/2021).
Menurut Dirut Anang, pembangunan BTS oleh BAKTI Kementerian Kominfo diharapkan dapat mempermudah masyarakat di provinsi Papua mendapatkan akses telekomunikasi.
“Dengan berfokus pada pembangunan infrastruktur TIK di wilayah populasi pemukim, diharapkan satu desa di Provinsi Papua dapat memiliki satu BTS,” tandasnya.
Penyediaan BTS di setiap desa merupakan upaya menjalankan arahan Presiden Joko Widodo agar bisa mempercepat transformasi digital untuk mendukung layanan pemerintahan dan bisnis.
“Harapannya, mereka (warga Papua) tidak perlu susah payah menyeberang ke desa lain hanya untuk mendapatkan sinyal. Bapak Presiden menginginkan kita, seluruh sektor di pemerintahan maupun bisnis atau di mana pun, segera beralih kepada transformasi digital karena sudah terbukti bahwa sektor ini memberikan dampak yang memberikan istilahnya multiplayer effect untuk pembangunan kita,” jelas Dirut BAKTI Kementerian Kominfo.
Dirut Anang memaparakan, saat ini pihaknya tengah berupaya menyelesaikan pembangunan BTS agar bisa memeratakan jangkauan coverage sinyal 4G di seluruh Indonesia. “Tujuannya agar seluruh masyarakat mendapatkan akses telekomunikasi dan informasi yang setara, salah satunya di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) termasuk di Desa Sawyatami, Kabupaten Keerom, Papua,” tuturnya.
Dirut BAKTI Kementerian Kominfo menyatakan Pemerintah telah membangun 3.409 titik BTS. Pada tahun 2022 ke depan akan melanjutkan pembangunan sebanyak 5.204 BTS, khusus untuk Provinsi Papua.
Menurut Dirut Anang, kehadiran BTS 4G di Desa Sawyatami, merupakan hasil kerja dari konsorsium Infrastruktur Bisnis Sejahtera dan ZTE Indonesia.
“Khusus untuk pengerjaan yang dilakukan oleh konsorsium IBS dan ZTE merupakan paket 4 dan paket 5 dengan jumlah BTS sebanyak 1.811 titik,” jelasnya.
Dirut BAKTI Kementerian Kominfo memaparkan Pemerintah menghadapi sejumlah tantangan ketika membangun BTS 4G di Provinsi Papua. Dirut Anang menyatakan lokasi pemukiman yang tersebar dan kondisi bentang alam di Papua menjadi tantangan tersendiri.
“Pembangunan BTS menargetkan tempat populasi yang terdapat banyak keluarga bermukim. Namun di Papua, lokasi tempat tinggal setiap keluarga terpecah-pecah. Bahkan, ada satu desa mungkin penduduk hanya 10 keluarga, saking sedikitnya mereka terpencar-pencar,” tuturnya.
Menurut Dirut BAKTI Kementerian Kominfo, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah dalam menyelesaikan seluruh coverage di Provinsi Papua. “Mungkin bisa jadi di wilayah coverage tersebut tidak ada penduduknya karena begitu menyebar keluarga pemukim,” tuturnya.
Dirut Anang juga mengungkapkan proses teknis pembangunan BTS juga kerap terkendala kondisi geografis Papua.
"Dalam membangun BTS, yakni sulitnya medan yang dilalui dikarenakan kondisi geografis. Sehingga dibutuhkan waktu kira-kira minimal 40 hari. Titik paling lama ini adalah membangun fisiknya, di situ ada membangun towernya,” jelasnya.
Belum lagi berkaitan dengan pengakutan bahan material untuk pembangunan yang membutuhkan sarana transportasi. “Tower ini memerlukan beton, pengerasan semen seperti kita membangun rumah.Persoalan yang cukup rumit juga adalah bagaimana membawa material fisik maupun elektronik ke lokasi, karena kita akui bahwa Provinsi Papua ini adalah lokasi tersulit dari seluruh paket yang kami kerjakan,” ungkap Dirut BAKTI Kementerian Kominfo.
Menurut Dirut Anang, kondisi bentang alam yang terdiri atas gunung hanya bisa dijangkau dengan akses transportasi udara. Oleh karena itu, BAKTI Kominfo bersama dengan mitra terkait terus berupaya mencari cara guna mewujudkan pembangunan BTS itu tepat waktu.
“Di situ harus mengangkut katakanlah satu set bisa sampai 10 sampai 15 ton, di mana kapasitas angkut pesawat pun banyak yang hanya sekitar 1 atau 2 ton saja. Ada berapa yang lebih berat, tentunya harus menggunakan pesawat/helikopter yang lebih kuat, yang mungkin harus didatangkan dari luar Papua dari ini pun tidak mudah. Jadi, inilah bagaimana mitra kami (di sini ada IBS dan ZTE) terus berputar otak, bagaimana mereka mencoba mencari waktu untuk tetap tepat waktu,” kisahnya.