Listrik Indonesia | Nuklir kini tidak lagi menjadi pilihan terakhir dalam Kebijakan Energi Nasional Indonesia. Perubahan ini menarik perhatian berbagai perusahaan dan stakeholder yang ingin menjajaki peluang kerjasama dalam pengembangan teknologi nuklir di tanah air.
Dalam rangka mengeksplorasi peluang ini, Agus Puji Prasetyono, didampingi oleh Sekjen DEN Djoko Siswanto serta beberapa anggota lainnya seperti Yusra Khan, Abadi Poernomo, Agus Pramono, dan Eri Purnomohadi, menerima kunjungan delegasi dari China National Nuclear Corporation Overseas Ltd. (CNOS). CNOS merupakan anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh China National Nuclear Corporation (CNNC), yang didirikan pada 25 April 1983 sebagai platform khusus untuk pengembangan industri nuklir di pasar luar negeri.
Selama pertemuan tersebut, Agus Puji menjelaskan kondisi terkini energi di Indonesia, mencakup minyak mentah, bahan bakar, LPG, gas alam, dan batubara. Ia menekankan bahwa untuk mencapai target penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK), mitigasi sektor energi dilakukan melalui beberapa aksi, seperti penerapan Energi Baru Terbarukan (EBT), efisiensi energi, penggunaan bahan bakar rendah karbon seperti gas alam, dan teknologi pembangkitan ramah lingkungan.
"Salah satu strategi transisi energi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi yang tinggi dan beralih ke energi yang lebih bersih adalah melalui energi nuklir," ujar Agus dalam keterangan resmi DEN.
Su Bin, perwakilan CNOS, menyampaikan bahwa CNOS mampu memberikan solusi terintegrasi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di luar negeri. Selama 40 tahun terakhir, CNOS berhasil mengekspor satu reaktor nuklir ke Aljazair dan enam unit tenaga nuklir ke Pakistan, semuanya selesai lebih cepat dari jadwal dan dioperasikan dengan aman. CNNC, sebagai induk perusahaan, mampu menyediakan layanan lengkap mulai dari perencanaan, pemilihan lokasi, konstruksi, commissioning, hingga operasi.
Di akhir pertemuan, CNOS berharap dapat menjalin kerjasama dengan Indonesia terkait pemanfaatan energi nuklir, membuka peluang baru untuk pengembangan teknologi nuklir di kedua negara.