Listrik Indonesia | Indonesia tengah bertransformasi menuju masa depan yang lebih hijau dengan target net zero emission pada tahun 2060. Namun batubara sebagai komoditas andalan tak serta merta ditinggalkan. Pemerintah tengah merumuskan strategi cerdas untuk memanfaatkan batubara secara lebih berkelanjutan.
Salah satu strateginya adalah mengurangi penggunaan batubara langsung sebagai bahan bakar pembangkit listrik. PLTU batubara akan beralih menggunakan teknologi CCS/CCUS untuk menangkap dan menyimpan karbon. Selain itu, batubara juga akan diolah menjadi produk turunan seperti Dimethyl Ether (DME) yang lebih ramah lingkungan untuk keperluan rumah tangga.
"Transisi energi itu bukan bagaimana kita mempercepat pensiunnya batubara, tetapi bagaimana kita mendorong pemanfaatan energi yang bersih seperti pembangkit-pembangkit energi terbarukan yang sumbernya ada di kita," jelas Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana di Jakarta, Senin (5/8).
Menurut Dadan, program pensiun dini PLTU batubara menjadi sorotan dalam upaya mencapai target Net Zero Emission (NZE) di 2060. Sebagai contoh, PLTU Cirebon Unit 1 akan dipensiunkan lebih awal tujuh tahun dari jadwal semula. Untuk menggantikan kapasitas yang hilang, pemerintah akan mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan (EBT), seperti PLT Panas Bumi, PLT Surya, dan PLT Bayu.
Di sisi lain, batubara masih menopang penyediaan energi nasional kita. Produksi batubara tahun 2023 sebesar 775 juta ton atau 112% dari target 2023 (695 juta ton). Pemanfaatan domestik sebesar 213 juta ton atau 121% dari target (177 juta ton). Dengan produksi batubara yang mencapai 775 juta ton pada tahun 2023, PNBP subsektor minerba berhasil mencapai realisasi sebesar Rp 172,66 Triliun atau sebesar 118,41% dari target yang telah ditetapkan sebesar Rp 146,07 triliun.
"Kita ingin mendorong supaya program hilirisasi yang sudah berjalan sangat baik sekarang itu tetap dan produksinya juga akan menjadi semakin green atau bersih," terangnya.
Di samping melakukan hilirisasi batubara dan bergerak menuju energi bersih, pemerintah gencar pula secara bertahap mengoptimalkan peran gas bumi sebagai sumber energi transisi. Sejumlah proyek pengembangan lapangan gas baru diproyeksikan akan berkontribusi signifikan terhadap peningkatan produksi nasional. Pada tahun 2027-2028, beberapa proyek strategis di sektor hulu migas akan sangat penting untuk meningkatkan produksi gas bumi Indonesia.
Proyek Geng North diperkirakan akan menghasilkan 1.000 MMSCFD tambahan dengan cadangan 4,1 TCF, sementara proyek IDD Gandang Gendalo diperkirakan akan menghasilkan 4.900 MMSCFD dengan cadangan 6,3 TCF. Proyek Andaman juga memiliki potensi besar dengan produksi 527 MMSCFD dan cadangan sekitar 6,3 TCF.
"Strateginya sekarang ini kan banyak menemukan gas yang baru, sederhananya bagaimana kalau listrik dari batuara ini kita ganti dengan gas. Secara emisi turun separuhnya dan kita coba dan sedang di lakukan kajian-kajian nya," tutup Dadan.